KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru perlu kiranya disusun materi dan model pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intellegence) dalam dimensi spiritual, emosional, rasional, dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta mengembangkan siswa berpartisipasi sebagai warga negara (civic participation) demi menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Diharapkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi.
Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard, menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan saja.
Paradigma baru dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan dalam bentuk standar nasional Pendidikan Kewarganegaraan yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, alternatif utamanya adalah pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (portofolio based learning). Portofolio dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik dan menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu tema yang telah dipilih.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis portofolio memperkenalkan kepada siswa dan mendidik siswa dengan metode dan prosedur dalam proses pembelajaran, yang bertujuan membina komitmen aktif siswa terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis portofolio adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji;
b. Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji;
c. Mengkaji pemecahan masalah;
d. Membuat kebijakan publik; dan
e. Membuat rencana tindakan.
2. Metode Bermain Peran (Role Play)
Pembelajaran dengan metode bermain peran (role play) adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah siswa berada dalam situasi tertentu untuk memperoleh suatu konsep tentang konsep tertentu.
Langkah-langkah penerapan metode bermain peran adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan topik, bisa berupa konflik interpersonal, konflik antargolongan, perbedaan pendapat/perspektif, dan lain-lain;
b. Tunjuk dua orang siswa maju ke depan untuk memerankan karakter tertentu selama 10-15 menit;
c. Mintalah kedua siswa tersebut untuk bertukar peran dari peran semula;
d. Hentikan role play apabila telah mencapai puncak tinggi atau dirasa cukup;
e. Pada saat kedua siswa memerankan karakter tertentu di depan kelas, siswa lainnya diminta untuk mengamati dan menuliskan tanggapan mereka; dan
f. Guru memberikan kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut.
Tujuan penerapan strategi dan metode role play adalah :
a. Memberikan pengalaman konkret kepada siswa dari apa yang telah dipelajari;
b. Mengilustrasikan prinsip-prinsip dari materi pembelajaran;
c. Menumbuhkan kepekaan terhadap masalah-masalah hubungan sosial;
d. Menyiapkan / menyediakan dasar-dasar diskusi yang konkret;
e. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa; dan
f. Menyediakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang tersembunyi di balik suatu keinginan.
3. Organisasi Kelas
Organisasi merupakan bentuk perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Banyak hal yang harus ada pada sebuah organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Unsur-unsur dalam suatu organisasi antara lain adalah anggota, tempat organisasi, tujuan, tugas, dan struktur organisasi.
Di dalam suatu berorganisasi terdapat beberapa langkah yaitu harus memiliki tujuan, pembagian kerja yang jelas, rasa saling percaya dan adanya koordinasi yang baik antara anggota dengan pimpinan. Suatu organisasi yang baik, perlu memiliki tujuan yang jelas dan nyata, pembagian kerja yang jelas, pembagian tugas sesuai kemampuan, keserasian antar anggota yang bertanggung jawab, koordinasi semua bagian dan menjadi alat efektif untuk mencapai tujuan.
Di sekolah, organisasi bisa terjadi di dalam kelas maupun di lingkup sekolah. Organisasi sekolah bisa berupa kelompok belajar, organisasi pengurus kelas, organisasi kepramukaan dan OSIS.
Struktur organisasi merupakan hubungan kerja antar bagian. Dalam organisasi, ada hubungan kerja antar bagian. Sebuah contoh organisasi sekolah, yang di dalamnya terdapat tugas yang jelas antar masing-masing bagian. Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ada bagian kebersihan, keamanan, keindahan, kekeluargaan, dan lain-lain. Semua menjalankan fungsinya masing-masing. Dari struktur organisasi kelas misalnya, diketahui tugas masing-masing pengurus. Apa tugas ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Selain itu tugas dari masing-masing bagian atau seksi juga harus diketahui. Apa tugas bagian kebersihan, ketertiban, kekeluargaan, keindahan, dan keamanan.
Sebuah organisasi akan berjalan dengan baik jika masing-masing pengurus dan anggotanya mengetahui akan tugas dan tanggung jawabnya. Semua yang ada dalam struktur organisasi berjalann sesuai dengan tujuan bersama. Dengan adanya struktur kepengurusan inilah diketahui masing-masing tugasnya. Tugas seorang kepala sekolah, tugas wakil kepala sekolah, tugas tata usaha, tugas bendahara, dan lain-lain sudah jelas sesuai dengan tanggung jawabnya.
Apa tujuan disusun pengurus kelas? Perlunya disusun pengurus kelas ini diharapkan mempermudah dalam kegiatan di kelas. Dengan adanya pengurus kelas, urusan-urusan kelas bisa ditangani oleh siswa. Ada yang bertugas sebagai ketua kelas, wakil, ada pula bendahara, sekretaris, dan anggota. Selain itu dilengkapi pula dengan 5 K, yang terdiri atas kebersihan, keamanan, keindahan, kekeluargaan, ketertiban. Semua itu merupakan pembagian tugas yang ada di kelas. Dengan pembagian tugas yang jelas, semua kegiatan bisa berjalan lancar.
Apabila di kelas tidak dibentuk pengurus kelas, tiba-tiba ada masalah, maka semua bisa kacau. Tetapi dengan adanya pembagian tugas di dalam kelas, maka yang bertugas itulah yang mempunyai tanggung jawab dengan dibantu oleh anggotanya. Ini berarti masing-masing pengurus sudah menjalankan fungsi dalam organisasi.
B. Kerangka Berfikir
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang terkadang diacuhkan oleh siswa dan tak jarang menimbulkan rasa bosan siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, diperlukan persiapan siswa dan persiapan para tenaga pendidik untuk belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan perasaan senang dan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut. Dan tentunya siswa juga harus menggunakan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi belajar yang melibatkan siswa aktif dalam belajar. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat mengaktifkan siswa belajar adalah dengan metode bermain peran (role play) yang menarik. Dengan metode tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap konsep tertentu, maka sekaligus juga siswa menumbuhkan keterampilan dalam memecahkan masalah. Apabila siswa menguasai, memiliki dan terampil menggunakan konsep, diharapkan nantinya siswa akan berprestasi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa penerapan pemanfaatan metode bermain peran (role play) dalam kegiatan pembelajaran akan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap materi tentang pembentukan organisasi kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda