Selasa, 06 November 2012

Jenis-jenis Tes Prestasi Belajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan, terlebih pendidikan formal merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, yang penyelenggaraannya memerlukan waktu, biaya, tenaga dan kerjasama berbagai fihak. Semua dilakukan untuk menghasilkan output yang berkualitas dan siap guna di era kompetitif ini. Keberhasilan suatu pendidikan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar sistem, juga akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam sistem. Pengukuran, merupakan salah satu dari sekian faktor dalam sistem yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berpikir atau kemampuan jasmaniah.[1]
Dengan dilakukannya pengukuran, seorang pendidik akan dengan mudah menilai sampai sejauh mana tingkat pemahaman, penguasaan, bahkan dengan mudah dapat dihimpun informasi sampai sejauh mana peserta didik mampu mengaplikasikan, membuat sintesa, membuat analisis dan apakah peserta didik telah mampu melakukan kritik terhadap suatu pelajaran. Hampir semua ahli teori belajar, baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme, menekankan pentingnya umpan-balik (feed back) berupa nilai guna meningkatkan belajar. Pengukuran dalam dunia pendidikan juga sangat membantu dalam pengambilan-pengambilan keputusan, baik keputusan yang sifatnya didaktik maupun administratif. Dimana pengambilan keputusan tersebut haruslah didasari oleh informasi-informasi yang tepat, akurat dan reliabel berkaitan dengan permasalahannya.
Tes prestasi belajar adalah salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup semua kawasan tujuan pendidikan, Benyamin S. Bloom membagi kawasan tujuan pendidikan mejadi tiga bagian, yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotorik. Fungsi utama tes prestasi dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa.
Banyaknya penggunaan tes prestasi belajar dalam proses pengambilan keputusan dalam dunia pendidikan, selanjutnya menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi, yaitu fungsi penempatan (placement), fungsi formatif, fungsi diagnostik dan fungsi sumatif.
Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi individu kedalam bidang atau jurusan, fungsi formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan, fungsi diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera, dan semacamnya, sedang fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan tes dan penilaian?
2.      Apa saja jenis-jenis tes prestasi belajar yang sering diselenggarakan di sekolah?
C.     Tujuan Pembahasan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian tes dan penilaian;
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis tes prestasi belajar yang sering diselenggarakan di sekolah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Tes, Pengukuran dan Penilaian
Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.
Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.
Penilaian merupakan kegiatan pengukuran keberhasilan pembelajaran dengan cara mengumpulkan data dan berbagai informasi yang diperlukan untuk kemudian diolah, ditafsirkan, dan digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.[2]
Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.
B.       Jenis-Jenis Tes
Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

1.         Tes Uraian
Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :
·         dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
·         dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
·         dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis;
·         mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
·         adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
·         sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;
·         sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;
·         tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
a.        Jenis-jenis Tes Uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas (berstruktur).[3] Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk :
·         mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya;
·         mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti;
·         mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-indikatornya.
Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas.
Di samping kedua bentuk uraian di atas adal pula bentuk tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dengan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.

b.      Menyusun Soal Bentuk Uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
1)        Dari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut.
2)      Dari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.
3)      Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal.
4)      Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.
2.      Tes Objektif
a.        Bentuk Soal Jawaban Singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.
Kebaikan bentuk soal jawaban singkat :
1)      Menyusun soalnya relatif mudah
2)      Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak
3)      Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4)      Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:
1)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2)      Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian
3)      Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa
b.        Bentuk Soal Benar-Salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
Kebaikan bentuk soal benar-salah:
1)      Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat
2)      Soal dapat disusun dengan mudah
Kelemahan bentuk soal benar-salah:
1)      Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%
2)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali
3)      Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah)
c.         Bentuk Soal Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Kebaikan bentuk soal menjodohkan:
1)      Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2)      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan
3)      Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas
Kelemahan bentuk soal menjodohkan:
1)      Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
2)      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
d.        Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :
-         Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan;
-         Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban;
-         Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat;
-         Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
Selain bentuk soal pilihan ganda biasa, terdapat model bentuk pilihan ganda lainnya, yaitu bentuk soal hubungan antar hal (hah) dan bentuk pilihan ganda kompleks (pgk). Pada kedua bentuk soal tersebut, masing-masing pilihan jawabannya ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk jawaban soal.
Pada bentuk soal hubungan antar hal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua pernyataan itu dapat benar, salah atau juga pernyataan yang satu benar dan yang lainnya salah.
Kebaikan bentuk soal pilihan ganda :
1)      Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan;
2)      Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban;
3)      Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilainnya bersifat objekif.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:
1)      Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar
2)      Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
C.       Pengembangan Tes
Satuan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.[4] Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Level pembelajaran di atas akan sangat tergantung pada pencapaian level di bawahnya.
Level pembelajaran domain kognitif:
1.      Knowledge yaitu mengingat sesuatu
2.      Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu
3.      Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit
4.      Analysis yaitu memecah sesuatu menjadi material pembentuknya
5.      Synthesis yaitu menyusun bagian-bagian menjadi satu
6.      Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu
Kategori utama domain afektif:
1.      Receiving phenomena yaitu kewaspadaan, mau mendengar
2.      Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar
3.      Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku
4.      Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas
5.      Characterization yaitu memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku
Kategori utama domain psikomotor:
1.      Perception yaitu mampu melakukan pergerakan
2.      Set yaitu kesiapan bertindak
3.      Guided response yaitu melakukan imitasi, trial & error
4.      Mechanism yaitu menjadi kebiasaan
5.      Complex overt response yaitu pola pergerakan kompleks
6.      Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan
7.      Origination yaitu menciptakan pergerakan baru
Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.
Penilaian merupakan kegiatan pengukuran keberhasilan pembelajaran dengan cara mengumpulkan data dan berbagai informasi yang diperlukan untuk kemudian diolah, ditafsirkan, dan digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.
B.     Saran
1.      Hendaknya para penyusun tes selalu memperhatikan kaidah-kaidah yang telah dibakukan dalam pembuatan tes tersebut, sehingga validitas dan reabilitas tes dapat teruji dengan baik;
2.      Seyogyanya guru dalam setiap akhir pembelajaran selalu memberikan post test, sehingga berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut dapat diketahui;
3.      Para penyusun tes, sebaiknya juga memperhatikan kondisi sosial budaya lokal setempat, sehingga hal-hal yang sensitif terhadap kondisi sosial budaya setempat dapat dihindari.


DAFTAR PUSTAKA


Raharjo,  Rahmat. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Yogyakarta : Magnum Pustaka.
Raharjo, Rahmat. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas & Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa. Yogyakarta : Baituna Publishing.
Sudjana, Nana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta : Bumi Aksara.


[1] Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 44.
[2] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 60.
[3] Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim, M.A, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 261.
[4] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Membangun Generasi Cerdas & Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, (Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 56.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda