Agama Islam adalah sebuah agama yang mulia, sesuai dengan asal katanya, aslama, yuslimu, islaman, yang artinya selamat, sejahtera atau damai. Maksud Allah Subhanahu Wata’ala menurunkan agama Islam adalah agar seluruh penduduk dunia dapat hidup aman, damai, sejahtera sampai dunia kiamat.
Sebagai khalifah di dunia, manusia diciptakan Allah untuk menjaga kebaikan alam semesta dan bukan merusaknya. Dahulu, sebelum Allah Subhanahu Wata’ala menciptakan nabi Adam, para malaikat pernah berkata: “Akankah Engkau jadikan makhluk di atas bumi itu mereka yang membuat kerusakan di dalamnya dan akan menimbulkan pertumpahan darah?” Dari ungkapan ini jelas bahwa malaikat khawatir kepada manusia yang tinggal di dunia hanya akan melakukan kerusakan di muka bumi ini. Para malaikat telah melihat contoh bahwa penduduk dunia telah merusak dunia itu. Para perusak itu adalah golongan jin yang telah ada di dunia jauh sebelum nabi Adam diturunkan, sehingga mereka khawatir kelak manusia akan melakukan hal yang sama pula (lihat tafsir Jalalain surat Al Baqarah ayat 30).
Dalam banyak ayat al Qur’an telah menjelaskan bahwa manusia tidak boleh membuat kerusakan di atas dunia. Salah satu di antaranya adalah: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya” (QS. Al A’raf: 56).
Kerusakan yang dimaksud dalam Islam paling tidak ada dua macam, yang pertama, kerusakan zhahiriah (material), dan yang kedua, adalah kerusakan batiniyah (spiritual). Kerusakan zhahiriah (material) dapat mengakibatkan bencana dan membawa kerugian yang besar bagi umat manusia. Tidak saja harta benda yang akan hancur binasa, akan tetapi jiwa raga pun dapat musnah karenanya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam al Qur’an: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar Rum: 41)
Akhir-akhir ini, kerusakan alam yang telah nyata dan tidak diragukan lagi adalah apa yang diistilahkan manusia sebagai global warming, yakni pemanasan bumi secara menyeluruh, yang menyebabkan mencairnya es-es di Kutub, mengubah cuaca menjadi ekstrim dan tidak menentu, mengubah musim keluar dari kebiasaannya, merobek ozon, menaikkan permukaan laut, merusak terumbu karang, menghancurkan kehidupan ikan-ikan di laut dan banyak lagi permasalahan yang mengerikan. Semua kerusakan ini timbul dari ulah tangan manusia yang rakus dan mau enaknya sendiri.
Di Amerika dan Eropa produksi gas rumah kaca akibat emisi karbon dioksida dari kehidupan mereka yang serba mau enak telah menyumbang hampir 60 persen dari semua kerusakan yang ada. Sayangnya, dengan tidak tahu malu mereka menekan dan menuduh sumber kerusakan terbesar justru muncul akibat negara-negara tropis yang tidak mampu menjaga kelestarian hutan. Padahal perusak hutan nomor satu di dunia sejak 100 tahun yang lalu, sehingga menyebabkan seluruh hutan Eropa dan Amerika musnah adalah bangsa Eropa dan bangsa Amerika sendiri. Sekarang dengan tidak tahu malu mereka memaksa negara-negara tropis menanam dan menjaga hutan,dan tidak boleh mengeksploitasi hutan mereka sedikit pun. Kenapa mereka tidak memaksa bangsanya sendiri untuk menghutankan kembali Eropa dan Amerika yang telah mereka musnahkan? Kelihatan sekali betapa egoisnya bangsa-bangsa yang sering mengaku sebagai pahlawan dunia ini…….
Islam memerintahkan untuk menjaga lingkungan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tiadalah seseorang yang menanam sebatang pohon, kecuali Allah ‘Azza Wajalla mencatat pahala baginya sebanyak buah yang dihasilkan oleh pohon itu.” (HR. Ahmad). Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda: “Tiadalah seorang muslim yang menanam sebatang pohon, kecuali apa saja yang dimakan dari pohon itu adalah sedekah baginya, yang dicuri dari pohon itu juga sedekah baginya, yang dimakan binatang buas juga menjadi sedekah baginya, yang dimakan burung juga sedekah baginya, dan tidaklah siapa pun yang mengambil dari pohon itu, melainkan itu juga menjadi sedekah bagi orang yang menanamnya.” (HR. Muslim)
Hadis-hadis ini sungguh mencengangkan….! Bayangkan 1400 tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 600-an Masehi, ketika Eropa dan Amerika masih hidup primitif, dan belum mengenal peradaban modern, justru nabi kita telah memerintahkan umatnya untuk menanam pohon, sekaligus menjanjikan upahnya dengan pahala yang akan terus menerus mengalir selama pohon terus menerus memberikan manfaat. Sementara manusia yang menganggap dirinya modern, baru mulai menyadari manfaat menanam pohon dan bahaya menebangnya, hanya sekitar satu dasawarsa ini saja.
Larangan Membuang Limbah Sembarangan
Di sisi lain, Islam juga mengajarkan untuk tidak membuang limbah secara sembarangan. Di antaranya adalah sabda Rasulullah: “Janganlah kamu buang air kecil di air yang tergenang” (HR. Ahmad dan Turmidzi). Larangan ini meliputi membuang air kecil ke dalam air yang tenang (tidak mengalir) baik dalam jumlah yang kecil maupun dalam jumlah yang besar, sebab dapat menyebabkan penyakit dan merusak kebersihan air. Jika air seni yang sedikit saja dilarang dibuang ke dalam sumber air, tentu air limbah pabrik yang penuh dengan racun dan kotoran haram hukumnya dan lebih besar kerusakannya jika dibuang ke dalam sumber air. Selain menimbulkan rusaknya air, yang jauh lebih berbahaya adalah menimbulkan berbagai penyakit yang luas di tengah-tengah masyarakat.
Dalam hadis lain Rasulullah melarang buang air besar atau buang air kecil di bawah pohon, dan di jalan umum yang banyak dilalui dan didatangi manusia. Rasul bersabda: “Takutlah kepada dua orang yang menimbulkan laknat dari banyak orang. Para sahabat bertanya: “Siapakah dua orang yang dilaknat orang banyak itu? Rasul menjawab: “mereka itu adalah orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduhnya manusia.” (HR. Muslim). Kita sudah mengetahui bahwa najis manusia mengandung banyak kuman penyakit dan berbahaya bagi manusia, sehingga Rasul melarangnya sebab hal itu membahayakan kesehatan umum. Kalau hal sekecil ini saja para pelakunya sudah terlaknat di sisi Allah, bagaimana dengan para pengusaha yang membuang berton-ton limbah pabrik di tempat-tempat keramaian manusia….?
Dalam hadis lain, Rasulullah juga melarang manusia membuang air di lobang-lobang binatang, hal ini karena dapat membunuh dan menyakiti binatang-binatang, seperti semut, ular, belut dan lain-lain. Sekarang manusia modern sudah tahu bahwa kemusnahan binatang-binatang tersebut dapat pula menyebabkan rusaknya ekosistem dunia.
Sedemikian pentingnya menjaga keseimbangan alam dan kesehatan publik, sehingga Rasulullah melarang pula orang-orang yang tinggal di daerah yang sedang dilanda penyakit menular untuk pergi meninggalkan negerinya itu. Hal ini tidak lain karena kepergiannya dapat menyebabkan wabah baru di negeri yang belum terkena penyakit menular itu. Rasul bersabda: “Apabila terjadi dalam suatu negeri wabah penyakit menular, sedangkan kamu berada di situ janganlah kamu keluar meninggalkan negeri itu. Jika terjadi wabah tersebut, sedangkan kamu sedang berada di luar negeri, janganlah kamu pulang ke negeri tersebut. (HR. Bukhari).
Bukan main…….! Betapa lebih dari 14 abad yang lalu, Rasul sudah mengenal apa yang diistilahkan dalam Ilmu Kesehatan modern dengan istilah epidemi (wabah penyakit), sebuah istilah Ilmu Kesehatan yang baru dikenal oleh manusia pada kurun abad modern ini saja…….
Kalau hal-hal yang berkaitan dengan zhahiriah saja begitu pentingnya untuk dijaga, dan akibat kerusakannya begitu besar dan berbahaya sehingga wajib dihindari, maka bagaimana pula dampak yang muncul akibat kerusakan rohaniah dan moral? Pastilah dampak yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat dan berbahaya terhadap kehidupan makhluk, bumi, dan lingkungan.
Maha Suci Allah Yang telah menurunkan Agama Islam yang mulia untuk dijadikan pegangan bagi manusia-manusia yang dimuliakan-Nya…….
Sebagai khalifah di dunia, manusia diciptakan Allah untuk menjaga kebaikan alam semesta dan bukan merusaknya. Dahulu, sebelum Allah Subhanahu Wata’ala menciptakan nabi Adam, para malaikat pernah berkata: “Akankah Engkau jadikan makhluk di atas bumi itu mereka yang membuat kerusakan di dalamnya dan akan menimbulkan pertumpahan darah?” Dari ungkapan ini jelas bahwa malaikat khawatir kepada manusia yang tinggal di dunia hanya akan melakukan kerusakan di muka bumi ini. Para malaikat telah melihat contoh bahwa penduduk dunia telah merusak dunia itu. Para perusak itu adalah golongan jin yang telah ada di dunia jauh sebelum nabi Adam diturunkan, sehingga mereka khawatir kelak manusia akan melakukan hal yang sama pula (lihat tafsir Jalalain surat Al Baqarah ayat 30).
Dalam banyak ayat al Qur’an telah menjelaskan bahwa manusia tidak boleh membuat kerusakan di atas dunia. Salah satu di antaranya adalah: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya” (QS. Al A’raf: 56).
Kerusakan yang dimaksud dalam Islam paling tidak ada dua macam, yang pertama, kerusakan zhahiriah (material), dan yang kedua, adalah kerusakan batiniyah (spiritual). Kerusakan zhahiriah (material) dapat mengakibatkan bencana dan membawa kerugian yang besar bagi umat manusia. Tidak saja harta benda yang akan hancur binasa, akan tetapi jiwa raga pun dapat musnah karenanya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam al Qur’an: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar Rum: 41)
Akhir-akhir ini, kerusakan alam yang telah nyata dan tidak diragukan lagi adalah apa yang diistilahkan manusia sebagai global warming, yakni pemanasan bumi secara menyeluruh, yang menyebabkan mencairnya es-es di Kutub, mengubah cuaca menjadi ekstrim dan tidak menentu, mengubah musim keluar dari kebiasaannya, merobek ozon, menaikkan permukaan laut, merusak terumbu karang, menghancurkan kehidupan ikan-ikan di laut dan banyak lagi permasalahan yang mengerikan. Semua kerusakan ini timbul dari ulah tangan manusia yang rakus dan mau enaknya sendiri.
Di Amerika dan Eropa produksi gas rumah kaca akibat emisi karbon dioksida dari kehidupan mereka yang serba mau enak telah menyumbang hampir 60 persen dari semua kerusakan yang ada. Sayangnya, dengan tidak tahu malu mereka menekan dan menuduh sumber kerusakan terbesar justru muncul akibat negara-negara tropis yang tidak mampu menjaga kelestarian hutan. Padahal perusak hutan nomor satu di dunia sejak 100 tahun yang lalu, sehingga menyebabkan seluruh hutan Eropa dan Amerika musnah adalah bangsa Eropa dan bangsa Amerika sendiri. Sekarang dengan tidak tahu malu mereka memaksa negara-negara tropis menanam dan menjaga hutan,dan tidak boleh mengeksploitasi hutan mereka sedikit pun. Kenapa mereka tidak memaksa bangsanya sendiri untuk menghutankan kembali Eropa dan Amerika yang telah mereka musnahkan? Kelihatan sekali betapa egoisnya bangsa-bangsa yang sering mengaku sebagai pahlawan dunia ini…….
Islam memerintahkan untuk menjaga lingkungan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tiadalah seseorang yang menanam sebatang pohon, kecuali Allah ‘Azza Wajalla mencatat pahala baginya sebanyak buah yang dihasilkan oleh pohon itu.” (HR. Ahmad). Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda: “Tiadalah seorang muslim yang menanam sebatang pohon, kecuali apa saja yang dimakan dari pohon itu adalah sedekah baginya, yang dicuri dari pohon itu juga sedekah baginya, yang dimakan binatang buas juga menjadi sedekah baginya, yang dimakan burung juga sedekah baginya, dan tidaklah siapa pun yang mengambil dari pohon itu, melainkan itu juga menjadi sedekah bagi orang yang menanamnya.” (HR. Muslim)
Hadis-hadis ini sungguh mencengangkan….! Bayangkan 1400 tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 600-an Masehi, ketika Eropa dan Amerika masih hidup primitif, dan belum mengenal peradaban modern, justru nabi kita telah memerintahkan umatnya untuk menanam pohon, sekaligus menjanjikan upahnya dengan pahala yang akan terus menerus mengalir selama pohon terus menerus memberikan manfaat. Sementara manusia yang menganggap dirinya modern, baru mulai menyadari manfaat menanam pohon dan bahaya menebangnya, hanya sekitar satu dasawarsa ini saja.
Larangan Membuang Limbah Sembarangan
Di sisi lain, Islam juga mengajarkan untuk tidak membuang limbah secara sembarangan. Di antaranya adalah sabda Rasulullah: “Janganlah kamu buang air kecil di air yang tergenang” (HR. Ahmad dan Turmidzi). Larangan ini meliputi membuang air kecil ke dalam air yang tenang (tidak mengalir) baik dalam jumlah yang kecil maupun dalam jumlah yang besar, sebab dapat menyebabkan penyakit dan merusak kebersihan air. Jika air seni yang sedikit saja dilarang dibuang ke dalam sumber air, tentu air limbah pabrik yang penuh dengan racun dan kotoran haram hukumnya dan lebih besar kerusakannya jika dibuang ke dalam sumber air. Selain menimbulkan rusaknya air, yang jauh lebih berbahaya adalah menimbulkan berbagai penyakit yang luas di tengah-tengah masyarakat.
Dalam hadis lain Rasulullah melarang buang air besar atau buang air kecil di bawah pohon, dan di jalan umum yang banyak dilalui dan didatangi manusia. Rasul bersabda: “Takutlah kepada dua orang yang menimbulkan laknat dari banyak orang. Para sahabat bertanya: “Siapakah dua orang yang dilaknat orang banyak itu? Rasul menjawab: “mereka itu adalah orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduhnya manusia.” (HR. Muslim). Kita sudah mengetahui bahwa najis manusia mengandung banyak kuman penyakit dan berbahaya bagi manusia, sehingga Rasul melarangnya sebab hal itu membahayakan kesehatan umum. Kalau hal sekecil ini saja para pelakunya sudah terlaknat di sisi Allah, bagaimana dengan para pengusaha yang membuang berton-ton limbah pabrik di tempat-tempat keramaian manusia….?
Dalam hadis lain, Rasulullah juga melarang manusia membuang air di lobang-lobang binatang, hal ini karena dapat membunuh dan menyakiti binatang-binatang, seperti semut, ular, belut dan lain-lain. Sekarang manusia modern sudah tahu bahwa kemusnahan binatang-binatang tersebut dapat pula menyebabkan rusaknya ekosistem dunia.
Sedemikian pentingnya menjaga keseimbangan alam dan kesehatan publik, sehingga Rasulullah melarang pula orang-orang yang tinggal di daerah yang sedang dilanda penyakit menular untuk pergi meninggalkan negerinya itu. Hal ini tidak lain karena kepergiannya dapat menyebabkan wabah baru di negeri yang belum terkena penyakit menular itu. Rasul bersabda: “Apabila terjadi dalam suatu negeri wabah penyakit menular, sedangkan kamu berada di situ janganlah kamu keluar meninggalkan negeri itu. Jika terjadi wabah tersebut, sedangkan kamu sedang berada di luar negeri, janganlah kamu pulang ke negeri tersebut. (HR. Bukhari).
Bukan main…….! Betapa lebih dari 14 abad yang lalu, Rasul sudah mengenal apa yang diistilahkan dalam Ilmu Kesehatan modern dengan istilah epidemi (wabah penyakit), sebuah istilah Ilmu Kesehatan yang baru dikenal oleh manusia pada kurun abad modern ini saja…….
Kalau hal-hal yang berkaitan dengan zhahiriah saja begitu pentingnya untuk dijaga, dan akibat kerusakannya begitu besar dan berbahaya sehingga wajib dihindari, maka bagaimana pula dampak yang muncul akibat kerusakan rohaniah dan moral? Pastilah dampak yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat dan berbahaya terhadap kehidupan makhluk, bumi, dan lingkungan.
Maha Suci Allah Yang telah menurunkan Agama Islam yang mulia untuk dijadikan pegangan bagi manusia-manusia yang dimuliakan-Nya…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda