BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara
ontologis, ilmu dan pengetahuan bukan hanya berbeda makna, tetapi subtansinya
pun berbeda. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang dapat berasal dari ide,
pengalaman, observasi, instuisi dan yang berasal dari wahyu dalam suatu ajaran
agama. Adapun pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui
berbagai cara.
Ilmu pengetahuan
ilmiah dihasilkan melalui metode-metode keilmuan yang teruji, sebagai produk
dari olah jiwa, olah piker, olah indera serta daya penalaran manusia yang dapat
dijadikan salah satu sumber kebenaran ilmiah. Fenomena alam, seluk-beluk
kehidupan atau system galaksi adalah di antara realitas alam yang demikian
kompleks dan tidak semata-mata bersifat empiris yang telah menyadarkan manusia
berakal untuk terus dikaji ulang, sehingga kebenaran ilmiahnya dapat berubah
setiap waktu yang kemudian terjebak oleh relativitasnya sendiri. Dengan sifat
itulah, manusia semakin cerdas, maju dan teknologis.
Ilmu yang
tersebar luas disosialisasikan melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang
bersifat mendidik, membimbing, membina, mempengaruhi dan mengarahkan setiap
anak didik yang dapat dilaksanakan secara formal maupun nonformal oleh
media/lembaga pendidikan atau penyebaran ilmu pengetahuan.
Apabila dibicarakan
tentang ilmu pendidikan Islam, karena Islam, sebagai agama Allah yang tertulis
dalam al-Quran dan as-Sunnah, ilmu pendidikan Islam adalah sekumpulan
pengetahuan yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah yang dijadikan landasan
pendidikan.[1]
Secara aplikatif, pendidikan Islam artinya mentransformasikan nilai-nilai Islam
terhadap anak didik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan
Islam? Dan
2.
Apa yang dimaksud dengan hakikat
pendidikan Islam.
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tentang pengertian
pendidikan Islam;
2.
Untuk mengetahui tentang hakikat
pendidikan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan
berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau
mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha
manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
Pendidikan
secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan,
pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal
maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal
dalam kehidupannya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah at-ta’lim). Sebagaimana Muhaimin
katakan bahwa pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar terencana,
dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup
dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun
mental dan sosial.[2]
Pendidikan
adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang
berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung di
dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan hanya
bersifat formal, tetapi juga norformal. Secara subtansial, pendidikan tidak
sebatas pengembangan intelektualitas manusia, artinya tidak hanya meningkatkan
kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia.
Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap
manusia.[3]
Dari pengertian
di atas, secara umum, pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara
jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan
kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan intelegensi,
emosi dan kecerdasan spiritualitasnya.
Anak didik dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau
keahlian profesional untuk bekal kehidupannya di masyarakat. Di sisi lain,
keterampilan yang dimilikinya harus semaksimal mungkin memberikan manfaat
kepada masyarakat, dan untuk mencapai tujuan hidupnya di dunia dan di akhirat.
Makna pendidikan
yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan
membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan terdapat proses
timbal balik antara pendidik, anak didik, ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang saling berbagi. Hubungan timbal balik yang terjadi dalam pendidikan
sebagai prasyarat keberhasilan pendidikan, sebagaimana seorang guru yang lebih
awal memiliki pengetahuan tertentu yang kemudian diberikan atau
ditransformasikan kepada peserta didik. Dinamika pendidikan terjadi manakala
proses timbal balik berlangsung dengan mempertahankan nilai-nilai kepribadian
yang kuat.
Yang menarik
dari pengertian pendidikan di atas adalah konsep pembinaan kepribadian dan
keterampilan. Pembinaan kepribadian diarahkan pada model tertentu. Oleh karena
itu, tolok ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas. Berhubungan
dengan pendidikan Islam, pembinaan kepribadian yang dimaksudkan adalah
kepribadian yang merujuk pada ajaran Islam dengan tauladan paling sempurna di
antara semua manusia yaitu pribadi Nabi Muhammad saw., karena Allah menegaskan
bahwa Rasulullah saw. memiliki uswatun hasanah
bagi umat manusia. Dengan model tersebut, secara otomatis, pendidikan Islam
dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian adalah berkaitan dengan akhlak.
Peningkatan
kecerdasan intelektual yang menjadi tugas dan fungsi pendidikan berkaitan
dengan semua aspek pendidikan, yakni pendidik, peserta didik, lembaga
pendidikan, kuriukulum, alat-alat pendidikan, metode pendidikan, strategi
pembelajaran, system evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan, literature atau
perpustakaan, tanggung jawab moral para pendidik, kesejahteraan pendidik,
dukungan finansial dari pemerintah terhadap pendidikan, dukungan moril-materiil
dari orang tua murid, visi dan misi pendidikan dan sebagainya. Semua itu sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
B.
Hakikat
Pendidikan Islam
Secara
filosofis, mempertanyakan pendidikan berarti mempertanyakan tiga hal penting,
yaitu (1) apa hakikat pendidikan; (2) bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan;
dan (3) untuk apa pendidikan dilaksanakan?
Pertanyaan
pertama tentang hakikat pendidikan, bahwa hakikat pendidikan menjangkau empat
hal yang sangat mendasar, yaitu :
1.
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses
pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai
makhluk berpikir. Dengan pembinaan olah pikir, manusia diharapkan semakin
meningkat kecerdasannya dan meningkat pula kedewasaan berpikirnya, terutama
memiliki kecerdasan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya;
2.
Pendidikan pada hakikatnya adalah
pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai
dari hasil olah pikirnya. Keterampilan yang dimaksud adalah suatu objek
tertentu yang membantu kehidupan manusia karena dengan keterampilan tersebut,
manusia mencari rezeki dan mempertahankan kehidupannya;
3.
Pendidikan dilakukan di lembaga formal
dan nonformal, sebagaimana dilaksanakan di sekolah, keluarga dan lingkungan
masyarakat; dan
4.
Pendidikan bertujuan mewujudkan
masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban tinggi dengan indicator utama
adanya peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika dan moral
masyarakat yang baik dan berwibawa, serta terbentuknya kepribadian yang luhur.
Hakikat
pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang dibebankan kepada semua
umat Islam, bahkan kewajiban pendidikan atau mencari ilmu dimulai semenjak bayi
dalam kandungan hingga masuk ke liang lahat. Seorang ibu yang sedang hamil
dianjurkan memperbanyak ibadah, membaca al-Quran dan berzikir kepada Allah
karena akhlak ibu yang baik pada masa-masa hamil sangat besar pengaruhnya pada
bayi dalam kandungan. Demikian pula, anak yang baru dilahirkan dibacakan azan
dan iqamah karena pendengaran sang bayi adalah indera pertama yang bekerja.
Dengan demikian, suara azan dan iqamat sangat bermakna bagi pengisian
ketauhidan pertama kepada sang bayi.
Pendidikan agama
menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam.[4]
(Zuhairini, dkk, 2004 : 152). Oleh sebab itu, hakikat pendidikan Islam dapat
diartikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran al-Quran dan as-Sunah. Berdasarkan
firman Allah swt. dalam surah asy-Syura ayat 52 :
“Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar member petunjuk kepada jalan yang lurus.”[5]
Ayat di atas
menjelaskan bahwa al-Quran adalah cahaya yang memberi petunjuk kehidupan.
Dengan demikian, hakikat pendidikan Islam adalah upaya tanpa putus asa untuk
menggali hidayah yang terkandung dalam al-Quran. Hidayah yang dimaksudkan
adalah hidayah iman, hidayah ilmu dan hidayah amal. Hidayah iman artinya semua orang
yang menggali kandungan al-Quran hendaknya beriman kepada Allah swt. dan
Rasulullah saw. serta beriman kepada kitab al-Quran. Hidayah ilmu artinya
penggalian terhadap ayat-ayat al-Quran yang member informasi dan ide dasar
semua ilmu pengetahuan manusia. Sedangkan hidayah amal artinya kita diberi
kekuatan fisik dan psikis untuk mengamalkan seluruh ilmu yang telah digali dari
al-Quran.
Sedangkan
prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1. Implikasi
dari karakteristik manusia menurut Islam;
2. Integral
dan terpadu;
3. Pendidikan
yang seimbang antara jasmani dan rohani;
4. Universal;
5. Kontinuitas
dan berkelanjutan serta dinamis;
6. Kemaslahatan
dan keutamaan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap
upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan
peningkatan kecerdasan intelegensi, emosi dan kecerdasan spiritualitasnya.
Hakikat pendidikan
Islam adalah upaya tanpa putus asa untuk menggali hidayah yang terkandung dalam
al-Quran. Hidayah yang dimaksudkan adalah hidayah iman, hidayah ilmu dan
hidayah amal.
B.
Saran
1.
Pendidikan merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh anak didik, sehingga seyogyanya sebagai orang tua di
lingkungan keluarga, jadilah pendidik yang dapat memberikan uswatun hasanah dalam kesehariannya;
2.
Guru sebagai pendidik, seyogyanya terus
meningkatkan kompetensinya untuk memperoleh hasil pendidikan yang lebih baik;
3.
Pendidikan adalah aktivitas sepanjang
hayat, jadi setiap waktu jadikanlah pendidikan sebagai fokus orientasi utama
dalam beraktivitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Basri,
Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam,
Cetakan I. Bandung : Pustaka Setia.
Muhaimin.
2001. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : Rosdakarya.
Soenarjo,
dkk. 1989. al-Quran dan Terjemahnya,
Edisi Revisi. Semarang : Toha Putra.
Zuhairini,
dkk. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta
: Bumi Aksara.
[1] Drs. Hasan Basri, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 11.
[2] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung : Rosdakarya, 2001), hal. 37.
[3] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2004), hal. 149.
[4] Zuhairini, dkk, Op. Cit., hal. 152.
[5] Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H, dkk,
al-Quran dan Terjemahnya, Edisi Revisi, (Semarang
: Toha Putra, 1989), hal. 791.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda