Sabtu, 29 Juni 2013

Hakikat Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara ontologis, ilmu dan pengetahuan bukan hanya berbeda makna, tetapi subtansinya pun berbeda. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang dapat berasal dari ide, pengalaman, observasi, instuisi dan yang berasal dari wahyu dalam suatu ajaran agama. Adapun pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui berbagai cara.
Ilmu pengetahuan ilmiah dihasilkan melalui metode-metode keilmuan yang teruji, sebagai produk dari olah jiwa, olah piker, olah indera serta daya penalaran manusia yang dapat dijadikan salah satu sumber kebenaran ilmiah. Fenomena alam, seluk-beluk kehidupan atau system galaksi adalah di antara realitas alam yang demikian kompleks dan tidak semata-mata bersifat empiris yang telah menyadarkan manusia berakal untuk terus dikaji ulang, sehingga kebenaran ilmiahnya dapat berubah setiap waktu yang kemudian terjebak oleh relativitasnya sendiri. Dengan sifat itulah, manusia semakin cerdas, maju dan teknologis.
Ilmu yang tersebar luas disosialisasikan melalui pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang bersifat mendidik, membimbing, membina, mempengaruhi dan mengarahkan setiap anak didik yang dapat dilaksanakan secara formal maupun nonformal oleh media/lembaga pendidikan atau penyebaran ilmu pengetahuan.
Apabila dibicarakan tentang ilmu pendidikan Islam, karena Islam, sebagai agama Allah yang tertulis dalam al-Quran dan as-Sunnah, ilmu pendidikan Islam adalah sekumpulan pengetahuan yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah yang dijadikan landasan pendidikan.[1] Secara aplikatif, pendidikan Islam artinya mentransformasikan nilai-nilai Islam terhadap anak didik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam? Dan
2.      Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan Islam.
C.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui tentang pengertian pendidikan Islam;
2.      Untuk mengetahui tentang hakikat pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengarahan, pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal maupun nonformal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Secara formal, pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah at-ta’lim). Sebagaimana Muhaimin katakan bahwa pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.[2]
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal, tetapi juga norformal. Secara subtansial, pendidikan tidak sebatas pengembangan intelektualitas manusia, artinya tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.[3]
Dari pengertian di atas, secara umum, pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan intelegensi, emosi dan kecerdasan  spiritualitasnya. Anak didik dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau keahlian profesional untuk bekal kehidupannya di masyarakat. Di sisi lain, keterampilan yang dimilikinya harus semaksimal mungkin memberikan manfaat kepada masyarakat, dan untuk mencapai tujuan hidupnya di dunia dan di akhirat.
Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, dalam pendidikan terdapat proses timbal balik antara pendidik, anak didik, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saling berbagi. Hubungan timbal balik yang terjadi dalam pendidikan sebagai prasyarat keberhasilan pendidikan, sebagaimana seorang guru yang lebih awal memiliki pengetahuan tertentu yang kemudian diberikan atau ditransformasikan kepada peserta didik. Dinamika pendidikan terjadi manakala proses timbal balik berlangsung dengan mempertahankan nilai-nilai kepribadian yang kuat.
Yang menarik dari pengertian pendidikan di atas adalah konsep pembinaan kepribadian dan keterampilan. Pembinaan kepribadian diarahkan pada model tertentu. Oleh karena itu, tolok ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas. Berhubungan dengan pendidikan Islam, pembinaan kepribadian yang dimaksudkan adalah kepribadian yang merujuk pada ajaran Islam dengan tauladan paling sempurna di antara semua manusia yaitu pribadi Nabi Muhammad saw., karena Allah menegaskan bahwa Rasulullah saw. memiliki uswatun hasanah bagi umat manusia. Dengan model tersebut, secara otomatis, pendidikan Islam dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian adalah berkaitan dengan akhlak.
Peningkatan kecerdasan intelektual yang menjadi tugas dan fungsi pendidikan berkaitan dengan semua aspek pendidikan, yakni pendidik, peserta didik, lembaga pendidikan, kuriukulum, alat-alat pendidikan, metode pendidikan, strategi pembelajaran, system evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan, literature atau perpustakaan, tanggung jawab moral para pendidik, kesejahteraan pendidik, dukungan finansial dari pemerintah terhadap pendidikan, dukungan moril-materiil dari orang tua murid, visi dan misi pendidikan dan sebagainya. Semua itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan.
B.     Hakikat Pendidikan Islam
Secara filosofis, mempertanyakan pendidikan berarti mempertanyakan tiga hal penting, yaitu (1) apa hakikat pendidikan; (2) bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan; dan (3) untuk apa pendidikan dilaksanakan?
Pertanyaan pertama tentang hakikat pendidikan, bahwa hakikat pendidikan menjangkau empat hal yang sangat mendasar, yaitu :
1.      Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan pembinaan olah pikir, manusia diharapkan semakin meningkat kecerdasannya dan meningkat pula kedewasaan berpikirnya, terutama memiliki kecerdasan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya;
2.      Pendidikan pada hakikatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya. Keterampilan yang dimaksud adalah suatu objek tertentu yang membantu kehidupan manusia karena dengan keterampilan tersebut, manusia mencari rezeki dan mempertahankan kehidupannya;
3.      Pendidikan dilakukan di lembaga formal dan nonformal, sebagaimana dilaksanakan di sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat; dan
4.      Pendidikan bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban tinggi dengan indicator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika dan moral masyarakat yang baik dan berwibawa, serta terbentuknya kepribadian yang luhur.
Hakikat pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang dibebankan kepada semua umat Islam, bahkan kewajiban pendidikan atau mencari ilmu dimulai semenjak bayi dalam kandungan hingga masuk ke liang lahat. Seorang ibu yang sedang hamil dianjurkan memperbanyak ibadah, membaca al-Quran dan berzikir kepada Allah karena akhlak ibu yang baik pada masa-masa hamil sangat besar pengaruhnya pada bayi dalam kandungan. Demikian pula, anak yang baru dilahirkan dibacakan azan dan iqamah karena pendengaran sang bayi adalah indera pertama yang bekerja. Dengan demikian, suara azan dan iqamat sangat bermakna bagi pengisian ketauhidan pertama kepada sang bayi.
Pendidikan agama menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam.[4] (Zuhairini, dkk, 2004 : 152). Oleh sebab itu, hakikat pendidikan Islam dapat diartikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran al-Quran dan as-Sunah. Berdasarkan firman Allah swt. dalam surah asy-Syura ayat 52 :
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar member petunjuk kepada jalan yang lurus.”[5]

Ayat di atas menjelaskan bahwa al-Quran adalah cahaya yang memberi petunjuk kehidupan. Dengan demikian, hakikat pendidikan Islam adalah upaya tanpa putus asa untuk menggali hidayah yang terkandung dalam al-Quran. Hidayah yang dimaksudkan adalah hidayah iman, hidayah ilmu dan hidayah amal. Hidayah iman artinya semua orang yang menggali kandungan al-Quran hendaknya beriman kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. serta beriman kepada kitab al-Quran. Hidayah ilmu artinya penggalian terhadap ayat-ayat al-Quran yang member informasi dan ide dasar semua ilmu pengetahuan manusia. Sedangkan hidayah amal artinya kita diberi kekuatan fisik dan psikis untuk mengamalkan seluruh ilmu yang telah digali dari al-Quran.
Sedangkan prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.      Implikasi dari karakteristik manusia menurut Islam;
2.      Integral dan terpadu;
3.      Pendidikan yang seimbang antara jasmani dan rohani;
4.      Universal;
5.      Kontinuitas dan berkelanjutan serta dinamis;
6.      Kemaslahatan dan keutamaan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan intelegensi, emosi dan kecerdasan  spiritualitasnya.
Hakikat pendidikan Islam adalah upaya tanpa putus asa untuk menggali hidayah yang terkandung dalam al-Quran. Hidayah yang dimaksudkan adalah hidayah iman, hidayah ilmu dan hidayah amal.
B.     Saran
1.      Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak didik, sehingga seyogyanya sebagai orang tua di lingkungan keluarga, jadilah pendidik yang dapat memberikan uswatun hasanah dalam kesehariannya;
2.      Guru sebagai pendidik, seyogyanya terus meningkatkan kompetensinya untuk memperoleh hasil pendidikan yang lebih baik;
3.      Pendidikan adalah aktivitas sepanjang hayat, jadi setiap waktu jadikanlah pendidikan sebagai fokus orientasi utama dalam beraktivitas.


DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I. Bandung : Pustaka Setia.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung : Rosdakarya.
Soenarjo, dkk. 1989. al-Quran dan Terjemahnya, Edisi Revisi. Semarang : Toha Putra.
Zuhairini, dkk. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.



[1] Drs. Hasan Basri, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I,  (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 11.
[2] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Rosdakarya, 2001), hal. 37.
[3] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hal. 149.
[4] Zuhairini, dkk, Op. Cit., hal. 152.
[5] Prof. R.H.A. Soenarjo, S.H, dkk, al-Quran dan Terjemahnya, Edisi Revisi, (Semarang : Toha Putra, 1989), hal. 791.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda