Sabtu, 29 Juni 2013

Keterampilan Menjelaskan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas utama seorang guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran (instruction). Secara umum dan luas, kegiatan pembelajaran diartikan sebagai: “cara yang dipakai oleh pengajar, ahli kurikulum, perancang bahan, dan lain-lain, yang bertujuan untuk mengembangkan rencana yang terorganisir guna keperluan belajar. Namun secara khusus kegiatan pembelajaran sering dianggap sama dengan mengajar, yang merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh mereka yang memiliki profesi sebagai pengajar. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif, yakni berhasil guna, mendatangkan hasil yang bermanfaat bagi peserta didik, maka seroang guru harus mampu menyusun perangkat pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Agar perencanaan, pelaksanaan, dan sistem penilaian hasil belajar berjalan baik, perlu disusun perangkat pembelajaran, yang pada intinya terdiri atas Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.[1]
Komponen silabus mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan, sumber/bahan/alat belajar.[2] Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimaksudkan adalah desain/rancangan pembelajaran untuk setiap satuan tatap muka. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD (Lampiran Permendiknas No. 41 Tahun 2007, II butir B). Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Dengan asumsi bahwa gurulah yang paling tahu mengenai kondisi peserta didik, perbedaan individual peserta didik, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia, maka guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan SI (Standar Isi) menjadi silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dengan mendasarkan pada strategi pembelajaran aktif (active learning) yang dipilih.     
Kegiatan pembelajaran memuat kegiatan/skenario yang secara konkrit harus dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan guru maupun dengan objek atau sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, dengan memperhatikan aspek active learning yang dikembangkan. Pengalaman belajar berfungsi untuk memandu para pendidik guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang memungkinkan guru mencapai kompetensi yang ditetapkan.[3]
   Penting pula untuk diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran ini, seluruh kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang mengaktifkan serta melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik hendaknya senantiasa diupayakan oleh guru.
Keseluruhan langkah kegiatan pembelajaran, harus mencantumkan langkah-langkah yang terdiri atas: kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Penilaian menjadi langkah yang sangat penting karena untuk mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.[4]
Pada kegiatan inti, salah satu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru adalah menjelaskan materi pembelajaran, agar tujuan pembejaran yang telah ditetapkan dapat tercapai setelah proses pembelajaran tersebut selesai.
Namun demikian, kemampuan guru dalam menjelaskan masih banyak yang belum berkembang secara optimal. Sehingga tujuan pembelajaran belum dapat tercapai secara maksimal. Untuk itu, kemampuan menjelaskan yang dimiliki oleh guru harus terus dilatih dan dimaksimalkan sesuai dengan prosedur dan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian, tujuan, prinsip dan komponen menjelaskan?
2.      Bagaimana tahapan-tahapan menjelaskan yang baik?


C.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian, tujuan, prinsip dan komponen menjelaskan;
2.      Untuk mengetahui tahapan menjelaskan yang baik.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Komponen Menjelaskan
1.      Pengertian menjelaskan
Menjelaskan (to explain) adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik sehingga yang menerima penjelasan mempunyai gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan yang lain, untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.[5]
Ketrampilan menjelaskan digunakan untuk peserta didik mata pelajaran dan tingkat kelas serta segala jenis sekolah, hanya saja cara penyampaian dan kualitasnya yang berbeda.
2.      Tujuan menjelaskan
Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan adalah sebagai berikut :
a.       Membimbing peserta didik memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang peserta didik ajukan ataupun yang dikemukakan guru;
b.      Membantu peserta didik mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif dan nalar;
c.       Melibatkan peserta didik untuk berfikir dengan memecahkan masalah;
d.      Mendapatkan balikan dari peserta didik mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman mereka terhadap suatu pengertian; dan
e.       Membantu peserta didik menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan yang meragukan.
Dalam kegiatan menjelaskan ada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu sebagai berikut :
a.       Yang menjelaskan (guru);
b.      Yang mendengarkan penjelasan (peserta didik); dan
c.       Hal yang akan dijelaskan (masalah dan pemecahanya).
Dilihat dari anak yang mendengarkan penjelasan, keperluan penjelasan muncul jika dia mengemukakan masalah suatu keadaan yang belum pernah dialaminya sehingga fungsi penjelasan adalah untuk mencari atau mengaitkan hubungan antara pengalaman peserta didik dengan gejala atau situasi baru yang belum diketahui. Sehingga penjelasan perlu didasarkan kepada hubungan dan kaitan yang disebut secara logis antara fakta (bukti) dan hukum umum (generalisasi). Guru harus mempertimbangkan kemampuan dan latar belakang peserta didik.
3.      Prinsip-prinsip menjelaskan
Prinsip yang harus diterapkan dalam memberi penjelasan adalah sebagai berikut :
a.       Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir yang tergantung keperluan, atau dapat juga diselingi dengan tanya jawab;
b.      Guru dapat memberikan penjelasan bila ada pertanyaan peserta didik atau direncanakan guru sebelumnya;
c.       Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik; dan
d.      Penjelasan harus disesuaikan dengan latar dan kemampuan peserta didik.
4.      Komponen-komponen menjelaskan
a.       Menganalisis dan menerangkan
1)      Yang berhubungan dengan isi pesan
a)      Menganalisis masalah secara keseluruhan, mengidentifikasikan unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan itu.
Contoh : Pesawat terbang dapat terbang karena adanya unsur sayap khusus dan angin yang dapat dilihat keterkaitanya.
b)      Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan misalkan unsur yang satu berbeda atau bertentangan dengan yang lain.
Contoh : Kecepatan angin yang berada pada bagian atas dan bawah sayap pesawat terbang menyebabkan pesawat terangkat naik.
c)      Menggunakan hukum rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang ditentukan sebelumya, termasuk kemungkinan penerapan hukum tadi dalam pristiwa lain.
Contoh : Prinsip sayap pesawat terbang dapat dipakai dalam mendesain mobil balap.
2)      Yang berhubungan dengan penerimaan pesan (peserta didik)
Berhasil tidaknya penjelasan tergantung pada kesiapan anak didik yang mendengarkanya. Hal ini erat kaitanya dengan faktor usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar, sehingga dalam menjelaskan perbedaan-perbedaan ini selalu terbayang dalam melakukan penjelasan.
Menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.[6] Sehubungan dengan itu ada tiga pertanyaan yang harus membimbing seseorang untuk merencanakan suatu penjelasan, yaitu :
a)      Apakah penjelasan itu cukup relevan dengan pertanyaan yang diajukan peserta didik;
b)      Apakah penjelasan itu memadai, yakni mudah diserap peserta didik melalui apa yang telah diketahui;
c)      Apakah penjelasan itu cocok dengan khazanah pengetahuan anak pada waktu itu.
Contoh : Siswa yang berada pada tingkat operasi kongkrit dengan pemakaian istilah yang masih terbatas dan kalimat yang panjang masih sukar ditangkap, maka penggunaan contoh harus lebih banyak.
b.      Menyajikan
Perencanaan yang baik tidak aan berhasil jika penyajiannya kepada pendengar tidak baik pula, sehingga perhatikan komponen di bawah ini :
1)      Kejelasan
Dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain :
a)      Bahasa yang diucapkan harus jelas dengan kata-katanya;
b)      Ungkapan atau volum suara;
c)      Pembicaraan dilakukan dengan lancar, dengan hindari kata-kata yang tidak perlu “ee”aa”mm";
d)     Kalimat disusun dengan tata bahasa yang baik dengan menghindari kata yang tidak lengkap;
e)      Hindari istilah dengan ungkapan yang meragukan seperti kira-kira, demikian, dua atau tiga saja cukup;
f)       Gunakan istilah asing atau baru dengan devinisi yang jelas;
g)      Gunakan waktu sejenak (senyap) untuk meninjau apakah penjelasan sudah dimengerti oleh anak atau mengajukan pertanyaan.
2)      Penggunaan contoh dan ilustrasi
Sedapat mungkin gunakan contoh yang jelas nyata dan ada hubungan dengan benda yang dapat ditemui peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Variasi yang tepat dalam memberikan contoh atau meminta contoh lain yang beragam dari peserta didik membuat penjelasan lebih menarik dan efisien. Penggunaan ilustrasi ini membuat pembelajaran lebih bermakna yang mana menurut David Ausabel peserta didik dapat menghubungkan informasi atau materi pembelajaran baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.[7]
3)      Pemberian tekanan
Pusatkan perhatian peserta didik pada masalah pokok dan cara pemecahannya. Menggunakan saran positif dan afirmasi untuk mempengaruhi pembangunan identitas peserta didik menjadi hal yang positif dan mendukung peserta didik dan proses belajarnya.[8] Hindari informasi yang tidak begitu penting terlalu banyak dapat dilakukan dengan :
a)      Mengadakan variasi dalam gaya mengajar, seperti pengungkapan butir yang dianggap penting, intonasi suara, kecepatan suara, mimik gerak badan, (detail diketrampilan mengadakan variasi);
b)      Membuat struktur sajian, yaitu pemberian informasi yang menunjukan arah atau tujuan utama sajian, hal ini dapat dilakukan :
v  Memberikan ikhtisar dan pengulangan;
v  Memparafrase (mengatakan dengan kalimat lain) jawaban peserta didik;
v  Memberikan tanda (isyarat) seperti “pertama” “kedua”.
4)      Umpan balik (Feedback)
Hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan pemahaman dan keraguanya ketika penjelasan berlangsung, dengan mengajukan pertanyaan, perhatikan mimik, tingkah mereka saat penjelasan berlangsung, sehingga guru dapat mengadakan penyesuaian penyajian seperti kecepatan penjelasan. Pertanyaan-pertanyaan yang tajam dapat menyempurnakan keyakinan dan penjelasan berbagai kejadian.[9]

B.     Tahapan Menjelaskan
1.      Menjelaskan sesuai materi pembelajaran dengan metode yang dipilih;
2.      Menggunakan contoh dan ilustrasi yang terkait dengan tema/materi pembelajaran;
3.      Memberikan penekanan-penekanan pada pokok materi pembelajaran; dan
4.      Memberikan umpan balik dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, memberikan pernyataan atau komentar dan lain sebagainya terkait dengan materi pembelajaran.[10]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menjelaskan adalah menyajikan informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.
Tahapan-tahapan meliputi : menjelaskan sesuai materi pembelajaran dengan metode yang dipilih, menggunakan contoh dan ilustrasi yang terkait dengan tema/materi pembelajaran, memberikan penekanan-penekanan pada pokok materi pembelajaran; dan memberikan umpan balik.
B.     Saran-saran
1.      Dalam memberikan penjelasan terkait materi pembelajaran, seyogyanya guru mampu menggunakan langkah-langkah dan tahapan menjelaskan yang baku, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal;
2.      Peserta didik sebagai subjek dalam proses pembelajaran, seyogyanya mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan setelah proses pembelajaran berakhir, sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien; dan
3.      Elemen-elemen yang terkait dengan proses pembelajaran seyogyanya dipersiapkan dengan sebaik-baiknya baik oleh guru maupun oleh peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Asep Herry Hernawan, dkk. 2009. Pembelajaran Terpadu di SD, Cet. 5. Jakarta : Universitas Terbuka.
DePorter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II. Bandung : Kaifa.
Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD, Cetakan 10. Jakarta : Universitas Terbuka.
IG.A.K Wardani, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan SD, Cet. 3, Ed. 1. Jakarta : Universitas Terbuka.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet. 3. Bandung : Mizan Learning Center.
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran : Suatu Pendekatan Praktis Berdasarkan KTSP Termasuk Model Tematik. Kebumen : Aswaja Pressindo.
Rahmat Raharjo. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam : Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Cetakan 1. Yogyakarta : Magnum Pustaka.
Rahmat Raharjo. 2012. Pengembangan & Inovasi Kurikulum , Cetakan I. Yogyakarta : Baituna Publishing.
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Cetakan 10. Jakarta : Bumi Aksara.



[1] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam : Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Cetakan 1, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 91.
[2] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan & Inovasi Kurikulum , Cetakan I, (Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 80 – 81.
[3] IG.A.K Wardani, dkk, Perspektif Pendidikan SD, Cet. 3, Ed. 1, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 7.9.
[4] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Cetakan 10, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hal. 3
[5] Asep Herry Hernawan, dkk, Pembelajaran Terpadu di SD, Cet. 5, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 3.17.
[6] Martiyono, M.Pd, Perencanaan Pembelajaran : Suatu Pendekatan Praktis Berdasarkan KTSP Termasuk Model Tematik, (Kebumen : Aswaja Pressindo, 2012), hal. 117.
[7] Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, Cetakan 10, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hal. 6.13.
[8] Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II, (Bandung : Kaifa, 2010), hal. 60.
[9] Elaine B. Johnson, Ph.D, Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet. 3, (Bandung : Mizan Learning Center, 2007), hal. 159.
[10] Asep Herry Hernawan, dkk, Op. Cit., hal. 3.21 – 3.25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda