BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Behaviorisme
adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon. Menurut teori ini
seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan eksternal. Tokoh yang
berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan Pavlov. Dengan
menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan pembelajaran, peran
utama pendidik sebagai faktor eksternal harus memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar peserta didik mampu merespon dengan baik serta meningkatkan
perhatian atas apa yang harus dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon
yang peserta didik berikan diarahkan pada prilaku yang guru harapkan.
Tidak
semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam teori
behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan pada diri
manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat
menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna. Manusia dapat
mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks. Manusia tidak hanya
dapat merespon, namun dapat mengembangkan potensi pikirannya tanpa ada stimulus
dari luar dirinya sekalipun. Manusia menunjukan kelebihannya sebagai
konsekuensi dari proses berpikir atas akal yang dimilikinya.
Sekali
pun prilaku peserta didik menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan perilaku peserta
didik dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan seperti ini
muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut kognitivisme mengibaratkan
pikiran manusia seperti komputer; mendapat input informasi, memproses
informasi, dan menghasilkan outcomes tertentu. Alur sistem ini selanjutnya
dijadikan landasan dalam meningkatkan mutu belajar.
Para
ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak gelap” otak
manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar dipandang sebagai prosesor
informasi dalam komputer. Oleh karena itu terdapat beberapa kata kunci dalam
usaha memahami kecakapan berpikir seperti : skema, pengolahan informasi,
manipulasi simbol, pemetaan informasi, penafsiran informasi, dan mental model.
Studi
kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka kotak gelap
pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang belajar. Proses mental
seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami, memecahkan masalah perlu
dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat dipahami sebagai skema atau
konstruksi simbol-simbol mental. Belajar dipandang sebagai proses perubahan
pada pikiran peserta didik.
Kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini
dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi.
Kegiatan ini merupakan
langkah-langkah sistemik yang dilalui peserta didik untuk dapat mengonstruksi
ilmu sesuai dengan skema (frame work)
masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun dengan baik agar mudah
digunakan sebagai pedoman pembelajaran sehingga peserta didik dapat menunjukkan
perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan
indikator yang dilakukan dengan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.[1]
Eksplorasi
sebagai tahapan pertama dalam kegiatan inti dapat dikatakan sebagai kunci
pembuka keberhasilan proses kegiatan inti dalam pembelajaran. Karena itu
diperlukan keterampilan dalam menerapkan kegiatan eksplorasi.
Berangkat dari
hal ini, kami mencoba mengulas tentang eksplorasi dalam kegiatan pembelajaran,
beserta tahapan-tahapan eksplorasi dalam pembelajara. Dengan penerapan
tahapan-tahapan eksplorasi yang tepat, diharapkan hasil pembelajaran akan lebih
maksimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan eksplorasi dalam proses
pembelajaran?
2.
Bagaimana tahapan-tahapan dalam kegiatan eksplorasi
dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas,
maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian eksplorasi dalam proses
pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui tahapan-tahapan kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eksplorasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksplorasi[2]
diartikan sebagai :
1.
Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang
terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan;
2.
Kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru
dari situasi yang baru;
3.
Penyelidikan dan penjajakan daerah yang diperkirakan
mengandung mineral berharga dengan jalan survei geologi, survei geofisika, atau
pengeboran untuk menemukan deposit dan mengetahui luas wilayahnya.
Terkait dengan proses pembelajaran,
kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik guna
mendapatkan pengalaman baru di bawah bimbingan guru.[3]
Eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk membuat rencana
untuk membangun pengetahuan dasar peserta didik. Misalnya dalam pembelajaran
Bahasa Inggris untuk reading skills, peserta
didik diperkenalkan kosakata yang akan dipakai dalam teks. Atau dilakukan review vocabulary untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
pembelajaran reading.[4]
Demikian pula dalam pembelajaran PAI misalnya pelajaran tentang rukun Islam,
peserta didik diajak menyanyikan lagu rukun Islam dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan menghafal rukun Islam yang dimiliki oleh peserta didik.
Dari pengertian di atas, maka kegiatan
kami menarik kesimpulan bahwa kegiatan eksplorasi dalam pembelajaran merupakan
kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan peserta didik terhadap
materi yang akan dipelajari. Dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajari.
Eksplorasi juga merupakan upaya awal membangun
pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American
Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan
dengan menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang
saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar.
Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat peserta didik temukan, namun sampai
pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk
menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative
learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu,
seorang filosof China yang menyatakan “I
hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.”
Jaringan
komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai
penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model
yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture
of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang
menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif.
Pendekatan
belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan
peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu
ada keterlibatan peserta didik untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun
informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini peserta didik menyusun dan
memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H.
Adelsberger, 2000).
Peta konsep
yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan
kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan
adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan
reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4)
menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan
menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna.
Pendekatan
eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan
atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya,
mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif,
belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan
bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar
daripada pada materi pelajaran. Dari pengalaman menggunakan model
kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas
ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar peserta didik dalam melakukan
langkah-langkah eksploratif.
Model
pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang
dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi peserta
didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam. Eksplorasi
merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dari
tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan
pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk
memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing
dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam
tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon
kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik menindaklanjuti
penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif,
mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk
grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan
kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil.
Bersama teman sekelompoknya peserta didik menelusuri informasi yang mereka
butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk
menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui
kegiatan eksplorasi peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajar,
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab
fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh
manfaat tertentu sebagai produk belajar.
B. Tahapan dalam Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru hendaknya
melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1.
Melibatkan peserta didik mencari
informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam aneka tambang sehingga menjadikan guru dan
peserta didik belajar dari aneka sumber;
2.
Menggunakan beragam pedekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain;
3.
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta
didik, serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya;
4.
Melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5.
Memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.[5]
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan
peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk
memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi peserta didik
berinteraksi sehingga peserta didik aktif, medorong peserta didik mengamati
berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa
lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
Dalam tahapan eksplorasi hal-hal yang
dapat dilakukan adalah; mendengarkan tentang, membaca tentang, berdiskusi
tentang, mengamati model (teks/karya), mengamati demonstrasi, mengamati
simulasi kasus, mengamati dan membandingkan yang salah dan yang benar, mencoba
melakukan, membaca kasus (bedah kasus), talk
show, wawancara dengan lingkungan untuk menggali informasi, observasi
terhadap lingkungan, mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awal,
mencoba melakukan (bereksperimen), bernyanyi (dikaitkan dengan konsep yang akan
dibahas), bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas).
Kegiatan guru dan peserta didik dalam
siklus ekplorasi adalah :[6]
1.
Peserta didik :
a.
Menggali informasi dengan membaca, berdikusi, atau
percobaan;
b.
Mengumpulkan dan mengolah data.
2.
Guru :
a.
Menggunakan berbagai pendekatan dan media;
b.
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar;
c.
Melibatkan peserta didik secara aktif.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Eksplorasi dalam pembelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di
bawah bimbingan guru, yang digunakan untuk membuat rencana untuk membangun
pengetahuan dasar peserta didik.
2.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru
melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan
media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi peserta
didik berinteraksi sehingga peserta didik aktif, medorong peserta didik
mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala
pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
B. Saran
1. Hendaknya
dalam memilih kegiatan eksplorasi yang akan digunakan disesuaikan dengan materi
dan ketersedian media yang ada, sehingga akan menjadi tepat sasaran;
2. Seyogyanya
dalam kegiatan eksplorasi, keterlibatan peserta didik dimaksimalkan, sehingga
pengalaman belajar peserta didik menjadi lebih bermakna.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan Alwi, dkk.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III,
Cetakan 2. Jakarta : Balai Pustaka.
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta :
Aswaja Presindo.
Rahmat Raharjo. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: Magnum Pustaka.
_____________. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.
Yogyakarta: Baituna Publishing.
[1] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,
(Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 103-106.
[2] Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III,
Cetakan 2, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hal. 290.
[3] Ibid
[4]
Http://wwwsekolahkoke.com/2012/03/pengertian-eksplorasi-elaborasi-dan-konfirmasi-pada-kegiatan-pembelajaran.html
[5] Martiyono, M.Pd., Perencanaan Pembelajaran, (Yogyakarta :
Aswaja Presindo, 2012), hal. 234. Lihat juga dalam Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag,
Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 133.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda