Sabtu, 29 Juni 2013

Keterampilan Melaksanakan Eksplorasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Behaviorisme adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon. Menurut teori ini seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan eksternal. Tokoh yang berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan Pavlov. Dengan menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan pembelajaran, peran utama pendidik sebagai faktor eksternal harus memberikan rangsangan kepada peserta didik agar peserta didik  mampu merespon dengan baik serta meningkatkan perhatian atas apa yang harus dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon yang peserta didik berikan diarahkan pada prilaku yang guru harapkan.
Tidak semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam teori behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan pada diri manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna. Manusia dapat mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks. Manusia tidak hanya dapat merespon, namun dapat mengembangkan potensi pikirannya tanpa ada stimulus dari luar dirinya sekalipun. Manusia menunjukan kelebihannya sebagai konsekuensi dari proses berpikir atas akal yang dimilikinya.
Sekali pun prilaku peserta didik menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan perilaku peserta didik dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan seperti ini muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut kognitivisme mengibaratkan pikiran manusia seperti komputer; mendapat input informasi, memproses informasi, dan menghasilkan outcomes tertentu. Alur sistem ini selanjutnya dijadikan landasan dalam meningkatkan mutu belajar.
Para ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak gelap” otak manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar dipandang sebagai prosesor informasi dalam komputer. Oleh karena itu terdapat beberapa kata kunci dalam usaha memahami kecakapan berpikir seperti : skema, pengolahan informasi, manipulasi simbol, pemetaan informasi, penafsiran informasi, dan mental model.
Studi kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka kotak gelap pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang belajar. Proses mental seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami, memecahkan masalah perlu dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat dipahami sebagai skema atau konstruksi simbol-simbol mental. Belajar dipandang sebagai proses perubahan pada pikiran peserta didik.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Kegiatan ini merupakan langkah-langkah sistemik yang dilalui peserta didik untuk dapat mengonstruksi ilmu sesuai dengan skema (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun dengan baik agar mudah digunakan sebagai pedoman pembelajaran sehingga peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator yang dilakukan dengan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.[1]
Eksplorasi sebagai tahapan pertama dalam kegiatan inti dapat dikatakan sebagai kunci pembuka keberhasilan proses kegiatan inti dalam pembelajaran. Karena itu diperlukan keterampilan dalam menerapkan kegiatan eksplorasi.
Berangkat dari hal ini, kami mencoba mengulas tentang eksplorasi dalam kegiatan pembelajaran, beserta tahapan-tahapan eksplorasi dalam pembelajara. Dengan penerapan tahapan-tahapan eksplorasi yang tepat, diharapkan hasil pembelajaran akan lebih maksimal.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan eksplorasi dalam proses pembelajaran?
2.      Bagaimana tahapan-tahapan dalam kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran?
C.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian eksplorasi dalam proses pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui tahapan-tahapan kegiatan eksplorasi dalam  proses pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Eksplorasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksplorasi[2] diartikan sebagai :
1.      Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan;
2.      Kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru;
3.      Penyelidikan dan penjajakan daerah yang diperkirakan mengandung mineral berharga dengan jalan survei geologi, survei geofisika, atau pengeboran untuk menemukan deposit dan mengetahui luas wilayahnya.
Terkait dengan proses pembelajaran, kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di bawah bimbingan guru.[3] Eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk membuat rencana untuk membangun pengetahuan dasar peserta didik. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk reading skills, peserta didik diperkenalkan kosakata yang akan dipakai dalam teks. Atau dilakukan review vocabulary untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran reading.[4] Demikian pula dalam pembelajaran PAI misalnya pelajaran tentang rukun Islam, peserta didik diajak menyanyikan lagu rukun Islam dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menghafal rukun Islam yang dimiliki oleh peserta didik.
Dari pengertian di atas, maka kegiatan kami menarik kesimpulan bahwa kegiatan eksplorasi dalam pembelajaran merupakan kegiatan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari. Dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran yang akan dipelajari.
Eksplorasi juga merupakan upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat peserta didik temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.”
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan peserta didik untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini peserta didik menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna.
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran. Dari pengalaman  menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar peserta didik dalam melakukan langkah-langkah eksploratif.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam. Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Di samping itu peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya peserta didik menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi peserta didik dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
B.     Tahapan dalam Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru hendaknya melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1.      Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam aneka tambang sehingga menjadikan guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber;
2.      Menggunakan beragam pedekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain;
3.      Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4.      Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
5.      Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.[5]
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi peserta didik berinteraksi sehingga peserta didik aktif, medorong peserta didik mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
Dalam tahapan eksplorasi hal-hal yang dapat dilakukan adalah; mendengarkan tentang, membaca tentang, berdiskusi tentang, mengamati model (teks/karya), mengamati demonstrasi, mengamati simulasi kasus, mengamati dan membandingkan yang salah dan yang benar, mencoba melakukan, membaca kasus (bedah kasus), talk show, wawancara dengan lingkungan untuk menggali informasi, observasi terhadap lingkungan, mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awal, mencoba melakukan (bereksperimen), bernyanyi (dikaitkan dengan konsep yang akan dibahas), bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas).
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus ekplorasi adalah :[6]
1.      Peserta didik :
a.       Menggali informasi dengan membaca, berdikusi, atau percobaan;
b.      Mengumpulkan dan mengolah data.
2.      Guru :
a.       Menggunakan berbagai pendekatan dan media;
b.      Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar;
c.       Melibatkan peserta didik secara aktif.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Eksplorasi dalam pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di bawah bimbingan guru, yang digunakan untuk membuat rencana untuk membangun pengetahuan dasar peserta didik.
2.      Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi peserta didik berinteraksi sehingga peserta didik aktif, medorong peserta didik mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
B.     Saran
1.      Hendaknya dalam memilih kegiatan eksplorasi yang akan digunakan disesuaikan dengan materi dan ketersedian media yang ada, sehingga akan menjadi tepat sasaran;
2.      Seyogyanya dalam kegiatan eksplorasi, keterlibatan peserta didik dimaksimalkan, sehingga pengalaman belajar peserta didik menjadi lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi, dkk.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Cetakan 2. Jakarta : Balai Pustaka.
Martiyono. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Presindo.
Rahmat Raharjo. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum Pustaka.
_____________. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Yogyakarta: Baituna Publishing.




[1] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 103-106.
[2] Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Cetakan 2, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), hal. 290.
[3] Ibid
[4] Http://wwwsekolahkoke.com/2012/03/pengertian-eksplorasi-elaborasi-dan-konfirmasi-pada-kegiatan-pembelajaran.html
[5] Martiyono, M.Pd., Perencanaan Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Presindo, 2012), hal. 234. Lihat juga dalam Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 133.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda