BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pengembangan
sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi
terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada hakikatnya
menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan
bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan
kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali
dan dirangsang sejak usia dini.
Anak-anak
berbakat memiliki potensi yang luar biasa, baik untuk menjadi pribadi yang
positif ataupun yang negatif. Hal ini ditentukan oleh penanganan yang mereka
pada masa tumbuh kembang, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat di
mana dia tinggal.
Orangtua dan pendidik seyogyanya menyadari pentingnya pengenalan tanda-tanda
anak berbakat, dengan demikian bisa menentukan pendekatan apa yang tepat dan
bagaimana cara menerapkan pada pola didik anak yang bersangkutan.
Potensi
sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar
pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta
dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang
terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan
memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Oleh
karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan
pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan program pembelajaran yang
mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan tersebut, baik keunggulan dalam hal
potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented).[1]
Strategi
pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang
memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta
didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan
kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam konteks pemerataan kesempatan,
akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi peserta
didik secara cepat. Hasil beberapa penelitian Depdikbud (1994) menunjukkan
sekitar sepertiga peserta didik yang dapat digolongkan sebagai peserta didik
berbakat (gifted and talented) mengalami gejala “prestasi kurang” (underachiever). Hal sama dikemukakan
oleh Munandar bahwa cukup banyak peserta didik berbakat yang prestasinya di
sekolah tidak mencerminkan potensi intelektual mereka yang menonjol.[2]
Salah satu penyebabnya adalah kondisi-kondisi eksternal atau lingkungan belajar
yang kurang menunjang, kurang menantang kepada mereka untuk mewujudkan
kemampuannya secara optimal. Padahal, upaya untuk mencapai keunggulan melalui
strategi pelayanan pendidikan massal akan memiliki konsekuensi sumberdaya
pendidikan (dana, tenaga dan sarana) yang kurang menguntungkan. Model strategi
pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta
didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan
berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya.
Strategi
pelayanan pendidikan alternatif dalam manajemen pendidikan perlu dikembangkan
untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian,
perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat minat dan kemampuannya. Agar
pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan kepada peserta didik mencapai
sasaran yang optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi
peserta didik. Oleh karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi peserta
didik.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan perbakatan dan perminatan?
2.
Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi perbakatan dan perminatan peserta didik?
3.
Bagaimana
karakteristik peserta didik berbakat dan berminat tinggi?
4.
Bagaimana mengelola
keberbakatan dan perminatan peserta didik dalam pembelajaran? dan
5.
Bagaimana peranan guru
dalam mengembangkan potensi peserta didik?
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan perumusan
masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian perbakatan dan perminatan;
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbakatan dan perminatan
peserta didik;
3. Untuk
mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik berbakat dan berminat tinggi;
4. Untuk
mengetahui bagaimana mengelola keberbakatan dan perminatan peserta didik dalam
pembelajaran; dan
5. Untuk
mengetahui bagaimana peranan guru dalam mengembangkan potensi peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perbakatan dan Perminatan
Definisi
menurut USOE (United States Office of
Education), anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan
berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif,
artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di
sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.
Keberbakatan (giftedness) dan
keunggulan dalam kinerja mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, yaitu: kemampuan umum atau
kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas
sebagai motivasi internal cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik tersebut perlu
ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Sidney P. Marland,
Jr. mendefinisikan anak
berbakat itu sebagai
berikut: anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh ahli yang
profesional sebagai memiliki
kemampuan yang menonjol
untuk berkinerja tinggi.
Anak-anak ini memerlukan program pendidikan dan/atau pelayanan yang dibedakan,
melebihi yang biasa
disediakan oleh program
sekolah reguler, agar
dapat merealisasikan kontribusinya
terhadap dirinya sendiri
maupun masyarakat.[3]
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun
saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat
peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya. Secara
genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak
sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya.
Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana
kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal
untuk bakat tertentu.[4]
Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu
mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul.
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi :
1.
kemampuan
intelektual umum (kecerdasan atau intelegensi)
2.
kemampuan akademik
khusus
3.
kemampuan berpikir
kreatif-produktif
4.
kemampuan memimpin
5.
kemampuan dalam salah
satu bidang seni
6.
kemampuan
psikomotor (seperti dalam olah raga).
Secara umum,
banyak yang mengaitkan minat dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting
motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan berprestasi.
Beberapa pengertian minat sebagai berikut :
1.
Minat
pribadi, yaitu suatu ciri pribadi individu yang merupakan disposisi abadi yang
relatif stabil, misalnya minat khusus pada olahraga, musik, tarian atau komputer;
2.
Minat
situsional, yaitu minat yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor-faktor
lingkungan;
3.
Minat
sebagai keadaan psikologis, menggambarkan pandangan yang interaktif dan
berkaitan dengan minat pribadi seseorang saling berinteraksi dengan lingkungan
untuk menghasilkan suatu keadaan psikologi dari minat pada diri seseorang.
Misalnya, anak memiliki minat pribadi pada musik, maka akan mengikuti
ekstrakulikuler yang terkait musik.[5]
Menggunakan
kombinasi tingkat minat tinggi, konsentrasi sangat terfokus dan strategi
membaca tertentu, Quantum Reading memanfaatkan kemampuan otak untuk mengungkap
beberapa kata sekaligus, dengan melatih : 1) jadilah pelajar yang ingin tahu;
2) masuki keadaan konsentrasi yang terpusat; 3) membaca paling cepat; 4)
membaca lebih cepat; dan 5) mengulang-ulang.[6]
B.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perbakatan dan Perminatan
1.
Faktor genetik dan biologis lainnya
Pendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas adalah
diturunkan kurang dapat diterima di masayarakat yang memandang bahwa semua
orang itu sama. Penelitian dalam genetika perilaku menyatakan bahwa setiap
jenis dalam perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan melalui
gen/keturunan. Namun demikian faktor biologis juga tidak dapat diingkari,
faktor biologis yang belum bersifat genetik yang berpengaruh pada intelegensi
adalah faktor gizi dan neurologik. Kekurangan nutrisi dan gangguan neurologik
pada masa kecil dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Studi dari Terman
terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan keunggulan fisik
seperti: tinggi, berat, daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang
intelegensinya lebih rendah.
2.
Faktor lingkungan
Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan
berpengaruh pada proses belajar seorang anak. Lingkungan memiliki pengaruh yang
banyak terkait bagaimana genetik anak diekspresikan dalam kesehariannya. Faktor
keturunan lebih menentukan rentang di mana seseorang akan berfungsi, dan faktor
lingkungan menentukan apakah individu akan berfungsi pada pencapaian lebih
rendah atau lebih tinggi dari rentang tersebut.
Selain itu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak, antara lain pengaruh keluarga/keturunan, gizi,
tingkat sosial ekonomi, emosional, jenis kelamin, kesehatan, suku bangsa serta ras.[7]
C.
Karakteristik
Anak Berbakat
Ciri-ciri
keberbakatan yang dianggap penting oleh guru di Indonesia.
20 ciri keberbakatan dilihat dari 4 aspek, yaitu : ciri kemampuan belajar, ciri
kreativitas, ciri pelibatan diri, ciri kepribadian. Ciri-ciri keberbakatan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Daya tangkap cepat;
2. Memiliki kecerdasan tinggi;
3. Mudah memecahkan masalah;
4. Kritis;
5. Pemikiran kritis dan logis;
6. Kreativitas;
7. Memiliki keinginan tahu yang besar;
8. Berani mengutarakan dan mempertahankan pendapat;
9. Aktif, sering bertanya dengan tepat;
10. Memiliki inisiatif;
11. Memiliki tanggung jawab terhadap tugas;
12. Tekun;
13. Teratur dalam belajar;
14. Teliti;
15. Memiliki ambisi untuk berprestasi;
16. Mempunyai rasa percaya diri;
17. Memilikiki jiwa kepemimpinanan;
18. Kepribadian mantap;
19. Taat pada peraturan;
20. Sopan dalam bersikap.
Berikut
ini tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak dini pada peserta didik :
1.
Mempunyai ingatan yang
kuat. Contoh: sanggup mengingat letak benda-benda, tempat-tempat penyimpanan,
lokasi-lokasi, dan sebagainya.
2.
Mempunyai logika dan
keterampilan analitis yang kuat. Contoh: sanggup menyimpulkan,
menghubung-hubungkan satu kejadian dengan kejadian lain.
3.
Mampu berpikir
abstrak. Contoh: membayangkan sesuatu yang tidak tampak, kemampuan berimajinasi
dan asosiasi. Misal, membayangkan keadaan di bulan, di luar angkasa, atau
tempat lain yang belum pernah dikunjunginya.
4.
Mampu membaca tata
letak (ruang). Contoh: menguasai rute jalan, ke mana harus berbelok,
menyebutkan bentuk ruang.
5.
Mempunyai keterampilan
mekanis. Contoh: pintar bongkar pasang benda yang rumit.
6.
Mempunyai bakat musik
dan seni.
7.
Luwes
dalam atletik dan menari.
8.
Pintar bersosialisasi.
Contoh: mudah bergaul,
mudah beradaptasi.
9.
Mampu memahami
perasaan manusia. Contoh: pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain.
10.
Mampu memikat dan
merayu. Contoh: penampilannya selalu
membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya, dan sebagainya.[8]
Meskipun pemikir kritis toleran dan tajam saat mencari
pemahaman, orang yang kritis menyalahkan orang lain, mematahkan kepercayaan
diri dan keberanian peserta didik untuk mencipta.[9] Selain
memiliki tanda-tanda keunggulan di atas peserta didik berbakat mempunyai
karakteristik negatif diantaranya
:
1.
Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik
berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit;
2.
Dapat mendominasi diskusi;
3.
Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya;
4.
Suka ribut;
5.
Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif
dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik;
6.
Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur
tertentu;
7.
Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas
sehari-hari;
8.
Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang;
9.
Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu;
10. Melawan
jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas
pertimbangan tugas.
Sementara itu, minat berperan penting dalam kehidupan
seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan sikap seseorang. Menurut
Hera Lestari Mikarsa, ada empat cara minat mempengaruhi perkembangan anak,
yaitu :
1.
Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas
aspirasi,
2.
Minat dapat sebagai pendorong,
3.
Minat berpengaruh pada prestasi,
D.
Perbakatan
dan Perminatan Pembelajaran
Peserta didik merupakan subjek utama dalam
pendidikan. Para pendidik selalu berhubungan dengan peserta didik. Setelah
selesai, peserta didik dituntut mengamalkan ilmunya dalam kehidupan di
masyarakat, dituntut hidup mandiri, mampu menyelesaikan tugas-tugas pendidikan
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.[11]
Tak terkecuali untuk anak yang memiliki bakat dan minat yang tinggi.
Terdapat
tiga model layanan
pendidikan bagi anak-anak
berbakat, yaitu (1)
model inklusi (inclusion model),
(2) tracking system dan (3) cluster
grouping model (model pengelompokan terbatas).
1. Model Inklusi
Dalam model
layanan ini, anak-anak
berbakat ditempatkan sekelas
(inklusif) dengan anak-anak
lain, termasuk anak-anak
penyandang kebutuhan pendidikan
khusus lainnya seperti
anak berkesulitan belajar
(learning disabled) dan anak
cacat. Guru yang telah memperoleh
pelatihan khusus dalam
bidang keberbakatan memberikan
perhatian khusus kepada
anak-anak berbakat ini
agar kebutuhan pendidikan
khususnya terpenuhi. Layanan
khusus itu terutama
berupa pemberian materi
pengayaan. Dalam model ini,
anak berbakat sering
difungsikan sebagai tutor
bagi anak-anak lain.
2. Tracking System
Dalam tracking
system, siswa-siswa diklasifikasikan berdasarkan
kemampuannya, dan setiap klasifikasi ditempatkan dalam satu kelas yang sama.
Jadi, anak-anak berbakat
akan berada dalam
kelas khusus siswa
berbakat sepanjang masa sekolahnya.
3. Model Cluster Grouping
Dalam model ini,
anak-anak berbakat dari
semua tingkatan kelas yang sama di satu sekolah (biasanya mereka
yang termasuk 5% dari siswa berprestasi tertinggi
dalam populasi tingkatan
kelasnya), dikelompokkan dalam
satu kelas. Kelompok
tersebut terdiri dari
5 sampai 8
siswa berbakat, dibimbing
oleh seorang guru
yang telah memperoleh
pelatihan dalam mengajar
anak-anak berkemampuan luar biasa. Jika
terdapat lebih dari 8 anak berbakat,
maka mereka dikelompokkan ke dalam dua atau tiga cluster group.
Pada umumnya, satu
cluster group itu
belajar bersama-sama dengan
anak-anak lain dari
berbagai tingkat kemampuan,
tetapi dalam bidang
keluarbiasaannya (misalnya matematika),
mereka belajar secara terpisah.
Selain itu, kecenderungan alternatif program bagi anak cerdas dan berbakat mencakup:
akselerasi radikal (Radical
Acceleration), Monitoring Belajar Mandiri (Self dirrected and Independent Studi), Model “Revolving Door” dari Rrenzulli, Konseling, Gaya Belajar (Learning Styles), Sekolah Khusus (Special School), Program Sabtu dan
Musim Panas (Saturday and Simmer
Programs), Program-program Berdasarkan Sumber Daya Masyarakat (Community Based Programs). Secara
konvensional model-model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam model: (1)
Akselerasi (Acceleration), Pengayaan
(Enrichment), (3) Kelas Khusus atau Ability Grouping dan (4) Bimbingan
Konseling.
1.
Model akselerasi bisa dilakukan dalam
berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti
bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi.
2.
Model pengayaan, yaitu dengan memberikan
tugas-tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan unggul.
3.
Model pengelompokan berdasarkan
kemampuan.
Model ini dapat berupa kelas khusus di
dalam sekolah, dapat pula berupa kelas di sekolah khusus yang disebut dengan
sekolah unggul. Model pengelompokan berdasarkan
kemampuan dikhawatirkan akan menambah sikap eksklusif, elitisme dan memiliki
perasaan berbeda dari orang lain. Pengelompokan kecakapan ini memiliki
keunggulan dan kelemahan dalam perkembanngan peserta didik. Keunggulannya ialah
bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi di pihak lain
jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan status sosial ekonomi, etnis atau
kelompok berlatar belakang sama, maka model ini akan menumbuhkan klik-klik yang
kurang sehat.
4.
Model Bimbingan dan Konseling. Terdapat
kecenderungan berkembang minat konseling dalam mempertemukan
kebutuhan-kebutuhan siswa yang berkemampuan unggul dan kreatif selama dekade terakhir
ini.
Peranan guru sebagai konselor bagi siswa yang berkemampuan unggul. Kegiatan
penulisan kreatif yang dirancang secara khusus dapat digunakan
untuk membimbing siswa berkemampuan unggul, untuk mengembangkan kesadaran
perasaan dan persepsinya serta belajar memahami hubungan antara prestasi,
bakat, minat dan tujuan dirinya sendiri.
Untuk
menyelesaikan pendidikan di SLTP, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah
mata pelajaran yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang,
yaitu Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta
didik juga harus menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan
bakat dan minatnya.
Bakat
peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir abstrak,
relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional
dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik.
Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial. Minat komersial
adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan luar, dan minat
navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan).
Bakat
dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas,
bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta
didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat
masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda
dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama.
Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda
dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.
Ada
tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di
atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3)
komitmen terhadap tugas (task commitment)
tergolong tinggi. Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta
didik berbakat sebagai berikut :
1. Indikator Intelektual/belajar :
a. mudah menangkap pelajaran;
b. mudah mengingat kembali;
c. memiliki perbendaharaan kata yang luas;
d. penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat);
e. daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan);
f. menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik;
g. senang dan sering membaca;
h. mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara
lisan/tertulis dengan lancar dan jelas;
i.
mampu
mengamati secara cermat;
j.
senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi;
k. cepat memecahkan soal;
l.
cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan;
m. cepat menemukan asas dalam
suatu uraian;
n. mampu membaca pada usia
lebih muda;
o. daya abstraksi cukup tinggi;
p. selalu sibuk menangani
berbagai hal.[12]
2. Indikator kreativitas :
a. memiliki rasa ingin tahu yang besar;
b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot;
c. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah;
d. mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu;
e. mempunyai/menghargai rasa
keindahan;
f. mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain;
g. memiliki rasa humor tinggi;
h. mempunyai daya imajinasi yang kuat;
i.
mampu mengajukan
pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil);
j.
dapat bekerja sendiri;
k. senang mencoba hal-hal baru;
l.
mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi)[13]
3. Indikator motivasi :
a. tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
berhenti sebelum selesai);
b. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
c. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi;
d. ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan;
e. selalu
berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya);
f. menunjukkan
minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap
pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya);
g. senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan
tugas-tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin
akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut);
h. mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian);
i.
senang
mencari dan memecahkan soal-soal.
Kecenderungan
minat peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985)
mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari
identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok
untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan
terhadap minat tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe kepribadian
dan ciri-cirinya.
- Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk
bersikap apa adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah :
rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja
keras.
- Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan
sebagai penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi : analitis,
hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar.
- Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka
terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi,
idealis, imajinatif, terbuka.
- Sosial (social), yaitu kecenderungan suka
terhadap kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat,
rendah hati, menolong, dan hangat.
- Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan
menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya
diri, dan suka bicara.
- Tidak mau berubah (conventional), yaitu
kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap
perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh
konsisten.[14]
E.
Peranan Guru dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Dalam
pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang
mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih diarahkan
kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen
(proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif
penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban
tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi
peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik
(motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru.
Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih
berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat
pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Bagaimana hal ini dapat diwujudkan pada suasana
pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik? Jawabannya adalah
pembelajaran menggunakan pendekatan kompetensi, antara lain dalam proses
pembelajaran guru :
1.
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bermain dan berkreativitas,
2.
memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
3.
disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai
gagasan sendiri dan dapat berpartisipasi secara aktif
4.
memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi
secara aktif.
Semua ini akan memungkinkan peserta didik
mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal. Suasana kegiatan
belajar-mengajar yang menarik, interaktif, merangsang kedua belahan otak
peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikan tiap individu, serta
melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik akan membuat seluruh potensi
peserta didik berkembang secara optimal. Selanjutnya tugas guru adalah
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan yang maksimal.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan
kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif,
artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di
sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya. Banyak yang mengaitkan minat dengan motivasi.
Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar,
berpikir dan berprestasi.
Faktor yang mempengaruhi perbakatan dan minat antara lain keluarga/keturunan,
lingkungan, gizi, tingkat sosial ekonomi, emosional, jenis kelamin, kesehatan,
suku bangsa serta ras. Karakteristik anak berbakat meliputi ciri kemampuan
belajar, ciri kreativitas, ciri pelibatan diri, ciri kepribadian.
Terdapat tiga
model layanan pendidikan
bagi anak-anak berbakat,
yaitu (1) model
inklusi (inclusion model), (2) tracking
system dan (3) cluster grouping
model (model pengelompokan
terbatas). Program alternatif bagi anak berbakat antara lain (1) Akselerasi (Acceleration),
Pengayaan (Enrichment), (3) Kelas
Khusus atau Ability Grouping dan (4)
Bimbingan Konseling.
Peranan guru dalam proses pembelajaran antara lain :
1) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan berkreativitas;
2) memberi suasana aman dan bebas secara psikologis; 3) disiplin yang tidak
kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri dan dapat berpartisipasi
secara aktif; dan 4) memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara
aktif.
B.
Saran-saran
Orangtua
sebaiknya merasa perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak, hal ini
mencakup tahap-tahap perkambangan anak, pola asuh dan pola didik anak.
Dengan mengetahui informasi tentang tahap perkembangan anak, maka orangtua bisa
secara dini mengenali hal-hak yang tidak biasa yang ada pada diri anak.
Kemudian,
dengan memahami konsep-konsep pola asuh dan pola didik yang ilmiah, maka
orangtua akan mampu menimimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap, dan
perilaku dalam menghadapi anak, terutama ketika anak-anak menunjukkan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak seusianya.
Di samping
orangtua, seorang pendidik atau guru dianjurkan juga menambah pengetahuan
tentang perkembangan anak, disamping menguasai substansi mata pelajaran yang
diajarkannya di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan bagi guru dalam
mengambil pendekatan sesuai dengan kepribadian si anak.
Pemerintah
sebagai payung utama pertumbuhan dan perkembangan warga negaranya, semestinya
menaruh perhatian besar terhadap penelitian-penelitian,
pengembangan-pengembangan terkait dengan pendidikan anak berbakat. Karena hal
ini terkait dengan kesuksesan generasi muda sebuah negara dalam menyongsong
masa depannya.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter,
Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching :
Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II. Bandung :
Kaifa.
Frieda Mangunsong. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI.
Hamid
Muhammad. 2004. Pedoman Diagnostik
Potensi Peserta Didik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Hasan
Basri. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan
I. Bandung : Pustaka Setia.
Hera
Lestari Mikarsa, dkk. 2007. Pendidikan
Anak di SD, Cetakan 10. Jakarta : Universitas Terbuka.
IG.A.K
Wardani, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan
SD, Cet. 3, Ed. 1. Jakarta : Universitas Terbuka.
Johnson,
Elaine B. 2007. Contextual Teaching and
Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet.
3. Bandung : Mizan Learning Center.
Marland, S. 1972. Education of the Gifted and Talented. Report
to Congress. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Utami Munandar. 1992.
Mengembangkan Bakat dan kreativitas Siswa Sekolah. Jakarta :
GramediaWidiasarana Indonesia.
Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
[1] Hamid Muhammad, Ph.D, Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik, (Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hal. 1.
[2] Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan kreativitas Siswa
Sekolah. (Jakarta : GramediaWidiasarana Indonesia, 1992), hal. 34.
[3] Marland, S., Education of the Gifted and Talented. Report
to Congress. (Washington, DC: U.S. Government Printing Office. 1972), hal.
211.
[4] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., , hal. 11.
[5] Hera Lestari Mikarsa, dkk,
Pendidikan Anak di SD, Cetakan 10, (
Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hal. 3.3 – 3.4.
[6] Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II, (Bandung : Kaifa, 2010), hal. 234
- 236.
[7] IG.A.K Wardani, dkk, Perspektif Pendidikan SD, Cet. 3, Ed. 1, (
Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 4.3.
[8] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., hal. 12 – 14.
[9] Elaine B. Johnson, Ph.D, Contextual Teaching and Learning :
Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet. 3, (Bandung
: Mizan Learning Center, 2007), hal. 221.
[10] Hera Lestari Mikarsa,
dkk, Op. Cit., hal. 3.7 – 3.8.
[11] Drs. Hasan Basri, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I, (Bandung
: Pustaka Setia, 2009), hal. 88 – 89.
[12] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., hal. 23 – 24.
[13] Ibid., hal. 24 – 25.
[14] Ibid., hal. 25 – 26.
[15] Ibid., hal. 28 – 30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda