Sabtu, 29 Juni 2013

Perbakatan dan Perminatan Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pengembangan sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.
Anak-anak berbakat memiliki potensi yang luar biasa, baik untuk menjadi pribadi yang positif ataupun yang negatif. Hal ini ditentukan oleh penanganan yang mereka pada masa tumbuh kembang, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat di mana dia tinggal.
Orangtua dan pendidik seyogyanya menyadari pentingnya pengenalan tanda-tanda anak berbakat, dengan demikian bisa menentukan pendekatan apa yang tepat dan bagaimana cara menerapkan pada pola didik anak yang bersangkutan.

Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Oleh karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan tersebut, baik keunggulan dalam hal potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented).[1]
Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang  tepat dalam konteks pemerataan kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi peserta didik secara cepat. Hasil beberapa penelitian Depdikbud (1994) menunjukkan sekitar sepertiga peserta didik yang dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat (gifted and talented) mengalami gejala “prestasi kurang” (underachiever). Hal sama dikemukakan oleh Munandar bahwa cukup banyak peserta didik berbakat yang prestasinya di sekolah tidak mencerminkan potensi intelektual mereka yang menonjol.[2] Salah satu penyebabnya adalah kondisi-kondisi eksternal atau lingkungan belajar yang kurang menunjang, kurang menantang kepada mereka untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal. Padahal, upaya untuk mencapai keunggulan melalui strategi pelayanan pendidikan massal akan memiliki konsekuensi sumberdaya pendidikan (dana, tenaga dan sarana) yang kurang menguntungkan. Model strategi pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya.
Strategi pelayanan pendidikan alternatif dalam manajemen pendidikan perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat minat dan kemampuannya. Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan kepada peserta didik mencapai sasaran yang optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi peserta didik. Oleh karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi peserta didik.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan perbakatan dan perminatan?
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbakatan dan perminatan peserta didik?
3.      Bagaimana karakteristik peserta didik berbakat dan berminat tinggi?
4.      Bagaimana mengelola keberbakatan dan perminatan peserta didik dalam pembelajaran? dan
5.      Bagaimana peranan guru dalam mengembangkan potensi peserta didik?
C.    Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian perbakatan dan perminatan;
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perbakatan dan perminatan peserta didik;
3.      Untuk mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik berbakat dan berminat tinggi;
4.      Untuk mengetahui bagaimana mengelola keberbakatan dan perminatan peserta didik dalam pembelajaran; dan
5.      Untuk mengetahui bagaimana peranan guru dalam mengembangkan potensi peserta didik.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perbakatan dan Perminatan
Definisi menurut USOE (United States Office of Education), anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.
Keberbakatan (giftedness) dan keunggulan dalam kinerja mempersyaratkan dimilikinya tiga cluster ciri-ciri yang saling terkait, yaitu: kemampuan umum atau kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan pengikatan diri terhadap tugas sebagai motivasi internal cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, ketiga karakteristik tersebut perlu ditumbuhkembangkan dalam tiga lingkungan pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sidney  P.  Marland,  Jr.  mendefinisikan  anak  berbakat  itu  sebagai  berikut: anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh ahli yang profesional  sebagai  memiliki  kemampuan  yang  menonjol  untuk  berkinerja  tinggi.    Anak-anak ini memerlukan program pendidikan dan/atau pelayanan yang  dibedakan,  melebihi  yang  biasa  disediakan  oleh  program  sekolah  reguler,  agar  dapat  merealisasikan  kontribusinya  terhadap  dirinya  sendiri  maupun  masyarakat.[3]     
Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal untuk bakat tertentu.[4]
Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi :
1.      kemampuan intelektual umum (kecerdasan atau intelegensi)
2.      kemampuan akademik khusus
3.      kemampuan berpikir kreatif-produktif
4.      kemampuan memimpin
5.      kemampuan dalam salah satu bidang seni
6.      kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).
Secara umum, banyak yang mengaitkan minat dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan berprestasi. Beberapa pengertian minat sebagai berikut :
1.      Minat pribadi, yaitu suatu ciri pribadi individu yang merupakan disposisi abadi yang relatif stabil, misalnya minat khusus pada olahraga, musik, tarian atau komputer;
2.      Minat situsional, yaitu minat yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor-faktor lingkungan;
3.      Minat sebagai keadaan psikologis, menggambarkan pandangan yang interaktif dan berkaitan dengan minat pribadi seseorang saling berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu keadaan psikologi dari minat pada diri seseorang. Misalnya, anak memiliki minat pribadi pada musik, maka akan mengikuti ekstrakulikuler yang terkait musik.[5]
Menggunakan kombinasi tingkat minat tinggi, konsentrasi sangat terfokus dan strategi membaca tertentu, Quantum Reading memanfaatkan kemampuan otak untuk mengungkap beberapa kata sekaligus, dengan melatih : 1) jadilah pelajar yang ingin tahu; 2) masuki keadaan konsentrasi yang terpusat; 3) membaca paling cepat; 4) membaca lebih cepat; dan 5) mengulang-ulang.[6]
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbakatan dan Perminatan
1.        Faktor genetik dan biologis lainnya
Pendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang berkualitas adalah diturunkan kurang dapat diterima di masayarakat yang memandang bahwa semua orang itu sama. Penelitian dalam genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dalam perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan melalui gen/keturunan. Namun demikian faktor biologis juga tidak dapat diingkari, faktor biologis yang belum bersifat genetik yang berpengaruh pada intelegensi adalah faktor gizi dan neurologik. Kekurangan nutrisi dan gangguan neurologik pada masa kecil dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Studi dari Terman terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan keunggulan fisik seperti: tinggi, berat, daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang intelegensinya lebih rendah.
2.        Faktor lingkungan
Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan berpengaruh pada proses belajar seorang anak. Lingkungan memiliki pengaruh yang banyak terkait bagaimana genetik anak diekspresikan dalam kesehariannya. Faktor keturunan lebih menentukan rentang di mana seseorang akan berfungsi, dan faktor lingkungan menentukan apakah individu akan berfungsi pada pencapaian lebih rendah atau lebih tinggi dari rentang tersebut.
Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, antara lain pengaruh keluarga/keturunan, gizi, tingkat sosial ekonomi, emosional, jenis kelamin, kesehatan, suku bangsa serta ras.[7]
C.    Karakteristik Anak Berbakat
Ciri-ciri keberbakatan yang dianggap penting oleh guru di Indonesia.
20 ciri keberbakatan dilihat dari 4 aspek, yaitu : ciri kemampuan belajar, ciri kreativitas, ciri pelibatan diri, ciri kepribadian. Ciri-ciri keberbakatan tersebut adalah sebagai berikut :

1.    Daya tangkap cepat;
2.    Memiliki kecerdasan tinggi;
3.    Mudah memecahkan masalah;
4.    Kritis;
5.    Pemikiran kritis dan logis;
6.    Kreativitas;
7.    Memiliki keinginan tahu yang besar;
8.    Berani mengutarakan dan mempertahankan pendapat;
9.    Aktif, sering bertanya dengan tepat;
10.    Memiliki inisiatif;
11.    Memiliki tanggung jawab terhadap tugas;
12.    Tekun;
13.    Teratur dalam belajar;
14.    Teliti;
15.    Memiliki ambisi untuk berprestasi;
16.    Mempunyai rasa percaya diri;
17.    Memilikiki jiwa kepemimpinanan;
18.    Kepribadian mantap;
19.    Taat pada peraturan;
20.    Sopan dalam bersikap.

Berikut ini tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak dini pada peserta didik :
1.      Mempunyai ingatan yang kuat. Contoh: sanggup mengingat letak benda-benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi, dan sebagainya.
2.      Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat. Contoh: sanggup menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian dengan kejadian lain.
3.      Mampu berpikir abstrak. Contoh: membayangkan sesuatu yang tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi. Misal, membayangkan keadaan di bulan, di luar angkasa, atau tempat lain yang belum pernah dikunjunginya.
4.      Mampu membaca tata letak (ruang). Contoh: menguasai rute jalan, ke mana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.
5.      Mempunyai keterampilan mekanis. Contoh: pintar bongkar pasang benda yang rumit.
6.      Mempunyai bakat musik dan seni.
7.      Luwes dalam atletik dan menari.
8.      Pintar bersosialisasi. Contoh: mudah bergaul, mudah beradaptasi.
9.      Mampu memahami perasaan manusia. Contoh: pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain.
10.  Mampu memikat dan merayu. Contoh: penampilannya selalu  membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya, dan sebagainya.[8]
Meskipun pemikir kritis toleran dan tajam saat mencari pemahaman, orang yang kritis menyalahkan orang lain, mematahkan kepercayaan diri dan keberanian peserta didik untuk mencipta.[9] Selain memiliki tanda-tanda keunggulan di atas peserta didik berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya :
1.      Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit;
2.      Dapat mendominasi diskusi;
3.      Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya;
4.      Suka ribut;
5.      Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik;
6.      Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu;
7.      Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari;
8.      Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang;
9.      Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu;
10.  Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas.
Sementara itu, minat berperan penting dalam kehidupan seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan sikap seseorang. Menurut Hera Lestari Mikarsa, ada empat cara minat mempengaruhi perkembangan anak, yaitu :
1.      Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi,
2.      Minat dapat sebagai pendorong,
3.      Minat berpengaruh pada prestasi,
4.      Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat selamanya.[10]
D.    Perbakatan dan Perminatan Pembelajaran
Peserta didik merupakan subjek utama dalam pendidikan. Para pendidik selalu berhubungan dengan peserta didik. Setelah selesai, peserta didik dituntut mengamalkan ilmunya dalam kehidupan di masyarakat, dituntut hidup mandiri, mampu menyelesaikan tugas-tugas pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.[11] Tak terkecuali untuk anak yang memiliki bakat dan minat yang tinggi.
Terdapat  tiga  model  layanan  pendidikan  bagi  anak-anak  berbakat,  yaitu  (1)  model  inklusi  (inclusion  model),  (2) tracking system dan  (3)  cluster  grouping  model  (model pengelompokan terbatas). 
1.      Model Inklusi  
Dalam  model  layanan  ini,  anak-anak  berbakat  ditempatkan  sekelas  (inklusif)  dengan  anak-anak  lain,  termasuk  anak-anak  penyandang  kebutuhan  pendidikan  khusus  lainnya  seperti  anak  berkesulitan  belajar  (learning disabled) dan anak cacat.    Guru yang telah memperoleh pelatihan  khusus  dalam  bidang  keberbakatan  memberikan  perhatian  khusus  kepada  anak-anak  berbakat  ini  agar  kebutuhan  pendidikan  khususnya  terpenuhi.    Layanan  khusus  itu  terutama  berupa  pemberian  materi  pengayaan. Dalam  model  ini,  anak  berbakat  sering  difungsikan  sebagai  tutor  bagi  anak-anak lain.
2.      Tracking System
Dalam  tracking  system,  siswa-siswa  diklasifikasikan  berdasarkan  kemampuannya, dan setiap klasifikasi ditempatkan dalam satu kelas yang  sama.    Jadi,  anak-anak  berbakat  akan  berada  dalam  kelas  khusus  siswa  berbakat sepanjang masa sekolahnya.
3.      Model Cluster Grouping
Dalam  model  ini,  anak-anak  berbakat  dari  semua tingkatan  kelas  yang sama di satu sekolah (biasanya mereka yang termasuk 5% dari siswa  berprestasi  tertinggi  dalam  populasi  tingkatan  kelasnya),  dikelompokkan  dalam  satu  kelas.    Kelompok  tersebut  terdiri  dari  5  sampai  8  siswa  berbakat,  dibimbing  oleh  seorang  guru  yang  telah  memperoleh  pelatihan  dalam mengajar anak-anak berkemampuan luar biasa.   Jika terdapat lebih  dari 8 anak berbakat, maka mereka dikelompokkan ke dalam dua atau tiga  cluster  group.    Pada  umumnya,  satu  cluster  group  itu  belajar  bersama-sama  dengan  anak-anak  lain  dari  berbagai  tingkat  kemampuan,  tetapi  dalam  bidang  keluarbiasaannya  (misalnya  matematika),  mereka  belajar secara terpisah.
Selain itu, kecenderungan alternatif program bagi anak cerdas dan berbakat mencakup: akselerasi radikal (Radical Acceleration), Monitoring Belajar Mandiri (Self dirrected and Independent Studi), Model “Revolving Door” dari Rrenzulli, Konseling, Gaya Belajar (Learning Styles), Sekolah Khusus (Special School), Program Sabtu dan Musim Panas (Saturday and Simmer Programs), Program-program Berdasarkan Sumber Daya Masyarakat (Community Based Programs). Secara konvensional model-model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam model: (1) Akselerasi (Acceleration), Pengayaan (Enrichment), (3) Kelas Khusus atau Ability Grouping dan (4) Bimbingan Konseling.
1.      Model akselerasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi.
2.      Model pengayaan, yaitu dengan memberikan tugas-tugas tambahan bagi siswa yang memiliki kemampuan unggul.
3.      Model pengelompokan berdasarkan kemampuan.
Model ini dapat berupa kelas khusus di dalam sekolah, dapat pula berupa kelas di sekolah khusus yang disebut dengan sekolah unggul. Model pengelompokan berdasarkan kemampuan dikhawatirkan akan menambah sikap eksklusif, elitisme dan memiliki perasaan berbeda dari orang lain. Pengelompokan kecakapan ini memiliki keunggulan dan kelemahan dalam perkembanngan peserta didik. Keunggulannya ialah bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi di pihak lain jika tingkat kecakapan itu berkaitan dengan status sosial ekonomi, etnis atau kelompok berlatar belakang sama, maka model ini akan menumbuhkan klik-klik yang kurang sehat.
4.      Model Bimbingan dan Konseling. Terdapat kecenderungan berkembang minat konseling dalam mempertemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang berkemampuan unggul dan kreatif selama dekade terakhir ini.
Peranan guru sebagai konselor bagi siswa yang berkemampuan unggul. Kegiatan penulisan kreatif yang dirancang secara khusus dapat digunakan untuk membimbing siswa berkemampuan unggul, untuk mengembangkan kesadaran perasaan dan persepsinya serta belajar memahami hubungan antara prestasi, bakat, minat dan tujuan dirinya sendiri.
Untuk menyelesaikan pendidikan di SLTP, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika, Sains, Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial. Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan luar, dan minat navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan).
Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi. Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat sebagai berikut :
1.   Indikator Intelektual/belajar :
a.       mudah menangkap pelajaran;
b.      mudah mengingat kembali;
c.       memiliki perbendaharaan kata yang luas;
d.      penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat);
e.       daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan);
f.       menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik;
g.      senang dan sering membaca;
h.      mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan/tertulis dengan lancar dan jelas;
i.        mampu mengamati secara cermat;
j.         senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi;
k.       cepat memecahkan soal;
l.         cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan;
m.     cepat menemukan asas dalam suatu uraian;
n.       mampu membaca pada usia lebih muda;
o.       daya abstraksi cukup tinggi;
p.       selalu sibuk menangani berbagai hal.[12]
2.   Indikator kreativitas :
a.       memiliki rasa ingin tahu yang besar;
b.      sering mengajukan pertanyaan yang berbobot;
c.       memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah;
d.      mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu;
e.       mempunyai/menghargai  rasa keindahan;
f.       mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah   terpengaruh orang lain;
g.      memiliki rasa humor tinggi;
h.      mempunyai daya imajinasi yang kuat;
i.        mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil);
j.         dapat bekerja sendiri;
k.       senang mencoba hal-hal baru;
l.         mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)[13]
3.   Indikator motivasi :
a.       tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai);
b.      ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
c.       tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi;
d.      ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan;
e.       selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya);
f.       menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya);
g.      senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut);
h.      mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian);
i.        senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Kecenderungan minat peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan terhadap minat tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
  1. Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
  2. Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar.
  3. Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif,   terbuka.
  4. Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap  kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
  5. Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.
  6. Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten.[14]
E.     Peranan Guru dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.
Bagaimana hal ini dapat diwujudkan pada suasana pembelajaran yang dapat dinikmati oleh peserta didik? Jawabannya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan kompetensi, antara lain dalam proses pembelajaran  guru :
1.      memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan berkreativitas,
2.      memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
3.      disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri dan dapat berpartisipasi secara aktif
4.      memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara aktif.
Semua ini akan memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya secara optimal. Suasana kegiatan belajar-mengajar yang menarik, interaktif, merangsang kedua belahan otak peserta didik secara seimbang, memperhatikan keunikan tiap individu, serta melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik akan membuat seluruh potensi peserta didik berkembang secara optimal. Selanjutnya tugas guru adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan yang maksimal.[15]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya. Banyak yang mengaitkan minat dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan berprestasi.
Faktor yang mempengaruhi perbakatan dan minat antara lain keluarga/keturunan, lingkungan, gizi, tingkat sosial ekonomi, emosional, jenis kelamin, kesehatan, suku bangsa serta ras. Karakteristik anak berbakat meliputi ciri kemampuan belajar, ciri kreativitas, ciri pelibatan diri, ciri kepribadian.
Terdapat  tiga  model  layanan  pendidikan  bagi  anak-anak  berbakat,  yaitu  (1)  model  inklusi  (inclusion  model),  (2) tracking system dan  (3)  cluster  grouping  model  (model pengelompokan terbatas). Program alternatif bagi anak berbakat antara lain (1) Akselerasi (Acceleration), Pengayaan (Enrichment), (3) Kelas Khusus atau Ability Grouping dan (4) Bimbingan Konseling.
Peranan guru dalam proses pembelajaran antara lain : 1) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan berkreativitas; 2) memberi suasana aman dan bebas secara psikologis; 3) disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri dan dapat berpartisipasi secara aktif; dan 4) memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara aktif.


B.     Saran-saran
Orangtua sebaiknya merasa perlu menambah wawasan tentang tumbuh kembang anak, hal ini mencakup tahap-tahap perkambangan anak,  pola asuh dan pola didik anak. Dengan mengetahui informasi tentang tahap perkembangan anak, maka orangtua bisa secara dini mengenali hal-hak yang tidak biasa yang ada pada diri anak.
Kemudian, dengan memahami konsep-konsep pola asuh dan pola didik yang ilmiah, maka orangtua akan mampu menimimalisir kesalahan dalam menerapkan nilai, sikap, dan perilaku dalam menghadapi anak, terutama ketika anak-anak menunjukkan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan anak-anak seusianya.
Di samping orangtua, seorang pendidik atau guru dianjurkan juga menambah pengetahuan tentang perkembangan anak, disamping menguasai substansi mata pelajaran yang diajarkannya di dalam kelas, tentunya hal ini akan memudahkan bagi guru dalam mengambil pendekatan sesuai dengan kepribadian si anak.
Pemerintah sebagai payung utama pertumbuhan dan perkembangan warga negaranya, semestinya menaruh perhatian besar terhadap penelitian-penelitian, pengembangan-pengembangan terkait dengan pendidikan anak berbakat. Karena hal ini terkait dengan kesuksesan generasi muda sebuah negara dalam menyongsong masa depannya.



DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II. Bandung : Kaifa.
Frieda Mangunsong. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI.
Hamid Muhammad. 2004. Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Hasan Basri. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I. Bandung : Pustaka Setia.
Hera Lestari Mikarsa, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD, Cetakan 10. Jakarta : Universitas Terbuka.
IG.A.K Wardani, dkk. 2009. Perspektif Pendidikan SD, Cet. 3, Ed. 1. Jakarta : Universitas Terbuka.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet. 3. Bandung : Mizan Learning Center.
Marland, S. 1972. Education of the Gifted and Talented. Report to Congress. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan kreativitas Siswa Sekolah. Jakarta : GramediaWidiasarana Indonesia.
Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.


[1] Hamid Muhammad, Ph.D, Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hal. 1.
[2] Utami Munandar,   Mengembangkan Bakat dan kreativitas Siswa Sekolah. (Jakarta : GramediaWidiasarana Indonesia, 1992), hal. 34.
[3] Marland, S., Education of the Gifted and Talented. Report to Congress. (Washington, DC: U.S. Government Printing Office. 1972), hal. 211.
[4] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., , hal. 11.
[5] Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, Cetakan 10, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hal. 3.3 – 3.4.
[6] Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, Cetakan II, (Bandung : Kaifa, 2010), hal. 234 - 236.
[7] IG.A.K Wardani, dkk, Perspektif Pendidikan SD, Cet. 3, Ed. 1, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 4.3.
[8] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., hal. 12 – 14.
[9] Elaine B. Johnson, Ph.D, Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Cet. 3, (Bandung : Mizan Learning Center, 2007), hal. 221.
[10] Hera Lestari Mikarsa, dkk, Op. Cit., hal. 3.7 – 3.8.
[11] Drs. Hasan Basri, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan I, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 88 – 89.
[12] Hamid Muhammad, Ph.D, Op. Cit., hal. 23 – 24.
[13] Ibid., hal. 24 – 25.
[14] Ibid.,  hal. 25 – 26.
[15] Ibid.,  hal. 28 – 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda