Selasa, 06 November 2012

Metode Qiraati di TPQ Raudhatul Asna Lancar Wadaslintang


BAB III
PEMBAHASAN
A.     Proses Pembelajaran al-Qur'an dengan Metode Qiraati
Proses pembelajaran al-Qur'an dan materi-materi lainnya di TPQ Raudhatul Asna Desa Lancar Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo menggunakan metode qiraati.
Dalam pembelajaran awal untuk al-Qur'an, supaya santri mudah membaca dan betul-betul mengerti serta faham, maka ustadz mencoba menulis pelajaran dengan bacaan “bunyi” huruf hijaiyyah yang sudah berharakat “fathah”. Dalam pelajaran ini anak tidak boleh mengeja, misalnya alif fathah A, BA fathah BA, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang sudah berharakat fathah tadi seperti: A-BA-TA dan seterusnya.
Agar santri bisa membaca dengan baik dan benar, maka sejak awal sekali santri sudah diharuskan membacanya dengan lancar, cepat dan tepat, tanpa ada salah dalam membaca. Dengan demikian secara tidak langsung anak harus mengerti dan faham setiap huruf Hijaiyyah.
Demikianlah, dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehuruf demi sehuruf ustadz mencoba untuk diajarkan kepada santrinya walaupun nampaknya lambat, tetapi santri faham dengan baik.
Agar santri terlatih dan dapat membaca benar, maka setiap contoh bacaannya diambilkan dari kalimat-kalimat al-Qur’an juga kalimat-kalimat bahasa Arab.
Setelah santri lancar menbaca huruf-huruf Hijaiyyah yang berharakat fathah, kemudian dicoba dengan huruf-huruf yang berharakat kasrah dan dhommah. Demikian pula dengan huruf yang berharakat fathah tanwin, kasrah tanwin dan dhummah tanwin, sambil melihat huruf-huruf yang akan dibaca di sebelahnya (di sampingnya).
Setelah berhasil dengan Lam Sukun, ustadz mencoba dengan huruf-huruf yang lain. Di tengah-tengah pengenalan huruf-huruf sukun ini, ustadz mengajarkan pelajaran bacaan “Harfu Liin” (bacaan fathah yang diikuti Ya atau Wawu sukun). Hal ini sangat penting untuk diajarkan dengan kesungguhan, karena banyak orang yang membaca al-Qur’an bersuara “ao” dan “ae” bukan bersuara “au” dan “ai”, dan agar anak dapat membedakan bacaan harfu Liin dengan bacaan Mad.
Selanjutnya percobaan dengan huruf-huruf sukun ini dilanjutkan. Kemudian ustadz mencoba huruf “ra sukun”, ternyata dengan sangat mudah anak-anak dapat membaca dengan lancar. Begitu pula dengan mencoba huruf “mim sukun” ternyata santri tidak menemui kesukaran juga.
Sekalipun ada maksud untuk mencoba huruf sukun yang lain, ternyata dengan empat huruf sukun ini anak sudah dapat membaca sendiri huruf-huruf sukun yang lainnya. Sehingga pelajaran huruf-huruf sukun yang beliau tulis hanya “Empat Serangkai Huruf Sukun” saja, yakni Lam Sukun, Sin Sukun, Ro Sukun, dan Mim sukun. Sehingga huruf-huruf sukun yang lain tidak perlu diajarkan, karena setelah mempelajari dan mengerti keempat huruf sukun tadi, secara otomatis anak-anak telah dapat membaca huruf-huruf sukun yang lain.
Setelah sukses dengan nun sukun, ustadz mencoba dengan tanwin, yang suaranya sama dengan nun sukun. Selanjutnya disusunlah pelajaran bacaan “ghunnah” yang diawali dengan “nun bersyaddah” dengan kiasan bahwa bacaannya sama dengan dengungnya “nun sukun” bertemu dengan “nun”. Demikian pula dengan pelajaran “mim bersyaddah” dengan kiasan bacaan dengungnya sama dengan “nun bersyaddah”.
Dalam pembelajaran surah-surah pendek, santri diwajibkan membaca dan menghafal dengan lafal yang qiraati, begitu juga dengan hafalan doa-doa harian.
Selain itu, pada kelas tinggi, santri juga diberi materi pelajaran gharib, tajwid dan sebagainya. Sehingga pada munaqasah TPQ yang berlangsung di tingkat Cabang Kabupaten Wonosobo, santri dapat lulus dengan hasil yang baik.
B.     Perbedaan Metode Qiraati dengan Metode-metode  Lainnya
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya.
1.      Metode Baghdadiyah
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. 
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema sentral dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi santri (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat.
Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a.       Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif;
b.      30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral;
c.       Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi;
d.      Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri;
e.       Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :
a.       Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil;
b.      Penyajian materi terkesan menjemukan;
c.       Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman santri;
d.      Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur'an.
2.      Metode Iqra’
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an.  Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya.
Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :
a. Bacaan langsung.
b. CBSA
c. Privat
d. Modul
e. Asistensi
f. Praktis
g. Disusun secara lengkap dan semprna
h Variatif
i. Komunikatif
j. Fleksibel
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain : 
a. TK Al-Qur'an
b. TP Al-Qur'an
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f. Digunakan di majelis-majelis taklim
3.      Metode Qiraati
Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah..
Kiai Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat, red.)
 Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca al-Qur'an untuk TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'ati.  Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasantri.
Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah :
a.       Klasikal dan privat
b.      Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya santri membaca sendiri ( CBSA)
c.       Siswa membaca tanpa mengeja.
b.      Sejak awal belajar, santri ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.
4.      Metode al-Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca al-Qur'an yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi santri SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari Bacaan al-Qur'an alBarqy.
Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis Al Qur’an dan  Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura dan Malaysia.
Metode ini disebut “anti lupa” karena mempunyai struktur yang apabila pada saat santri lupa dengan huruf-huruf / suku  kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan ustadz. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI.  
Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat “mempermudah” dan “mempercepat” anak / santri  belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat.  
Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah :
a.       Bagi ustadz ( ustadz mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari),
b.      Bagi santri ( santri merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah),
c.       Bagi sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain).
5.      Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain :
a.       Mutu Pendidikan, kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum sesuai dengan target.
b.      Metode Pembelajaran, metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
c.       Pendanaan, tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran.
d.      Waktu pendidikan, waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Al-Qur'an.
e.       Kelas TQA, pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya, antara lain : 
a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan  secara kelompok 80%.
Prinsip-prinsip pembelajaran  Tilawati :
a. Disampaikan dengan praktis.
b. Menggunakan lagu Rost.
c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.
Seorang pengajar baca tulis Al-Qur'an, tidak serta merta mengadopsi metode yang baru dikenalnya, apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja tentang metode tersebut. Para Pembina harus melakukan kajian yang mendalam, sebelum menetapkan metode apa yang akan dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an kepada santri.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran antara lain :
a.       Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-pelatihan bagi para pembina.
b.      Mudah dikuasai oleh mayoritas Ustadz/ah
c.       Mudah dan murah mendapatkan buku panduan
d.      Mudah dan sederhana pengelolaan pengajarannya.
Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik.  Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih, sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.
C.     Peranan Metode Qiraati dalam Pembelajaran al-Qur'an
Metode membaca al-Qur'an qiraati ditemukan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang. Metode ini memungkinkan santri mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah. Meskipun awal munculnya metode ini dimaksudkan untuk diajarkan pada tingkat TK al-Qur'an, namun pada perkembangannya, semua orang bisa diajar dengan metode qiraati ini. Sasaran metode qiraati kian diperluas, kini ada qiraati untuk anak usia 4 – 6 tahun, untuk anak 6 – 12 tahun, dan untuk mahasiswa.
Secara umum, bentuk pembelajaran qiraati adalah klasikal dan privat, ustadz menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, dan selanjutkan santri membaca sendiri (CBSA).


BAB IV
KESIMPULAN
Dalam awal pembelajaran al-Qur'an dengan metode qiraati, agar santri mudah membaca dan betul-betul mengerti serta faham, maka ustadz mengajarkan bacaan “bunyi” huruf hijaiyyah yang sudah berharakat “fathah”. Dalam pelajaran ini anak tidak boleh mengeja. Agar santri bisa membaca dengan baik dan benar, maka sejak awal sekali santri sudah diharuskan membacanya dengan lancar, cepat dan tepat, tanpa ada salah dalam membaca. Dengan demikian secara tidak langsung santri harus mengerti dan faham setiap huruf hijaiyyah. Dalam pembelajaran surah-surah pendek, santri diwajibkan membaca dan menghafal dengan lafal yang qiraati, begitu juga dengan hafalan doa-doa harian. Selain itu, pada kelas tinggi, santri juga diberi materi pelajaran gharib, tajwid dan sebagainya. Sehingga pada munaqasah TPQ yang berlangsung di tingkat cabang/kabupaten, santri dapat lulus dengan hasil yang baik.
Metode apapun yang berkembang, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas, efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode pengajaran berbeda-beda di tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Penggabungan beberapa metode pengajaran belum tentu membuahkan hasil yang baik.  Perlu konsistensi bagi pembina dalam menerapkan sebuah metode apabila telah dipilih, sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.
Secara umum, bentuk pembelajaran qiraati adalah klasikal dan privat, ustadz menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, dan selanjutkan santri membaca sendiri (CBSA). Metode ini memungkinkan santri mempelajari al-Qur'an secara cepat dan mudah.





DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rachman Assegaf, Prof.Dr., Filsafat Pendidikan Islam : Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Cet. 1, Rajawali Pres., Jakarta, 2011.
Anas Sudjono, Prof. Dr., Pengantar Evaluasi Pendidikan, Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Aminuddin Rasyad, Prof. Dr. H, & Darhim, Drs., Media Pengajaran, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1997.
Asep Herry Hermawan, Drs., M.Pd, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Universitas Terbuka, Jakarta, 2009.
Bobbi DePorter, dkk, Quantum Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas, Cet. 2, (Penerjemah : Ary Nilandari; Penyunting : Femmy Syahrani), Kaifa, Bandung, 2010.
Chabib Thoha, Drs., M.A, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, Cet. 2, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, Semarang – Yogyakarta, 2004.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur'an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989.
Gatot Muhsetyo, dkk, Pembelajaran Matematika SD, Universitas Terbuka, Jakarta, 2008.
German W Rama & Juan Carlos Tedesco, Education and Development in Latin America 1950-19, pp.187-211, Online, http://www.jstor.org/stable/     
Hamzah B. Uno, Prof. Dr. H, M.Pd, Profesi Kependidikan Problema Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2007.

Khusni Mutamakin, Visi Misi dan Ciri Metode Qiraati, Online, http://khusnimutamakin.blogspot.com/2010/12/visi-misi-dan-ciri-ciri-metode-qiraati.htm.
Nanang Renuka H, Social Justice and Political Education through Non-Formal Education, Online, http://www.jstor.org/stable/3444692.   
Mamsudi AR, Drs., Panduan Manajemen dan Tatatertib TK/TAHUN PELAJARAN al-Qur'an, LPPTKA BKPRMI, 1999.
Purwanto Ngalim, M, Prinsip-prinsip dan Evaluasi Pengajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Thomas La Belle, Formal, Nonformal and Informal Education : A Holistic Perspective on Lifelong Learning, pp.159-175, Online, http://www.jstor.org/stable/3444930.   
U. Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA-TPA, LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda