Pada kegiatan Karnafal 2012 Desa Lancar Wadaslintang, yang disponsori MTs Hidayatussibyan Lancar, siswa-siswi SD Negeri 2 Lancar tak mau ketinggalan dari kegiatan tersebut. Mereka mengenakan beragam atribut yang unik untuk meramaikan acara tersebut. Dari kostum kuda kepang, petani, pelajar, dokter kecil, penari dan lain-lain. Lihat jepretan mereka :
Sabtu, 25 April 2015
Saran-saran PTK
1. Seyogyanya pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pendidikan Nasional dan jajaran di bawahnya dapat menetapkan
kebijakan pendidikan yang sinergis realistis, sehingga implementasi kurikulum
pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan program prosedural yang telah
ditetapkan;
2. Seyogyanya kepala sekolah dapat
memfasilitasi kebutuhan pendidikan, dalam hal ini terpenuhinya delapan standar
pendidikan, sehingga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dapat
berkinerja secara optimal dalam rangka mencapai keberhasilan visi, misi dan
tujuan sekolah;
3. Seyogyanya pendidik dalam hal ini guru
dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas, mampu menunjukkan dan mengimplementasikan kompetensinya dalam
rangka meningkatkan prestasi dan kompetensi peserta didik yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan zaman;
4. Seyogyanya guru senantiasa melakukan
penelitian ilmiah dalam rangka menemukan dan menginovasi serta memperbaiki
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik semakin meningkat;
5. Masyarakat seyogyanya senantiasa
mendukung, mengontrol program-program pendidikan sehingga tercapai balance antara pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat;
6. Orang tua peserta didik seyogyanya
senantiasa mengontrol dan membimbing belajar peserta didik selama di rumah dan
di masyarakat. Sehingga sinergitas antara sekolah dengan wali murid dan
masyarakat dapat terus dikembangkan.
Sejarah Singkat SDN 2 Wadaslintang
Pendidikan merupakan kebutuhan
setiap manusia dan warga negara. Bahkan berpendidikan merupakan hak asasi
manusia yang dilindungi dan diatur dalam Undang-Undang. Kebutuhan akan
pendidikan tersebut memicu akan perlunya sutau lembaga pendidikan formal dengan
kurikulum yang distandarkan oleh pemerintah. Sehingga proses dan hasil
pendidikan dapat dinikmati oleh setiap orang.
Mengacu pada kebutuhan akan
pendidikan tersebut, pemerintah berupaya secara berkelanjutan untuk mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan formal dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut
Ibu Wahyu Sulistiyanti, sebelum tahun 1961, warga masyarakat dalam hal ini
peserta didik yang berlokasi di Dukuh/Dusun Sarimulyo, Wanasari dan Gagargadung
yang notabene menjadi sumber arus peserta didik bagi SD Negeri 2 Wadaslintang
sekarang ini harus bersekolah di SD Negeri 1 Wadaslintang yang sudah berdiri
lebih dahulu. Dengan jarak tempuh yang lebih dari 3 (tiga) kilometer bagi
peserta didik dari ketiga dukuh/dusun tersebut dan harus berjalan kaki. Hal
tersebut menjadi pemikiran bagi para tokoh masyarakat Desa Wadaslintang waktu
itu, bahwa perlu didirikan sekolah dasar baru agar tercapai pemerataan dan
peningkatan kesadaran masyarakat untuk bersekolah.[1]
Ketika peneliti mewawancarai Bapak
Poniman, salah satu tokoh masyarakat yang turut berjuang dalam pendirian SD
Negeri 2 Wadaslintang, beliau menjelaskan bahwa sekolah dasar ini berdiri pada
tahun 1961. Dengan melibatkan masyarakat setempat, kerja keras mereka akhirnya
membuahkan hasil dengan beroperasinya sekolah tersebut pada tahun 1961.
Sehingga anak usia sekolah dari ketiga dukuh/dusun tadi tidak perlu jauh-jauh
berjalan kaki untuk sekolah. Dengan luas lahan 2.352 m2 dan luas
bangunan 531 m2, sekolah ini terus berkembang dari tahun ke tahun
dan sampai sekarang dengan berbagai prestasi yang telah diraih, baik prestasi
akademik maupun nonakademik.[2]
Beberapa tenaga pendidik yang
pernah menjabat sebagai kepala sekolah, membangun dan mengembangkan pendidikan
di SD Negeri 2 Wadaslintang ini antara lain Bapak FX. Yatno Susanto, Bapak Suhadi, Bapak
Suroyo, Bapak Poniman, Bapak Suroso dan Ibu Turiyah yang saat ini masih
menjabat sebagai kepala sekolah. Selain itu, partisipasi yang aktifdari komite
sekolah dan tokoh masyarakat dalam pengembangan pendidikan di sekolah ini
antara lain dari sumbangsih Bapak Kamto, Bapak Warno, Bapak Wanto dan Bapak
Fakhrurrozi. Akreditasi terakhir sekolah ini yaitu pada tanggal 12 Desember
2007 dengan Nomor SK. Dd. 007472 mendapat nilai akreditasi A. Saat ini, SD
Negeri 2 Wadaslintang tengah bersiap untuk menghadapi akreditasi sekolah lagi
dari BAN S/M.[3]
Letak Geografis SDN 2 Wadaslintang
SD Negeri 2 Wadaslintang yang
menjadi lokasi penelitian ini beralamat di Jalan Raya Wadaslintang Km. 02
Wadaslintang. Sekolah tersebut termasuk dalam wilayah Kelurahan Wadaslintang
Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Batas wilayah
Kelurahan Wadaslintang adalah sebagai berikut : di sebelah utara berbatasan
dengan Desa Trimulyo, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Panerusan, di
sebelah timur berbatasan dengan Desa Tirip dan di sebelah barat berbatasan
dengan Desa Plunjaran.[1]
Letak astronomis SD Negeri 2
Wadaslintang menurut geospacial
positioning system (GPS) berada pada koordinat 70 32’ 42,73” LS
dan 1090 43’ 33,63” BT. Selain itu, sekolah ini berada di jalur
utama yang menghubungkan antara Kota Wonosobo dan Kota Kebumen melalui Prembun.
Sehingga lokasinya sangat strategis baik dari segi geografis maupun sosial
ekonomis. Jika perjalanan ditempuh dari IAINU Kebumen, maka bisa menempuh jalur
Kawedusan – Sruni – Sewangan – Wonokromo – Padureso dan sampai di kota
Kecamatan Wadaslintang. Sekolah ini berada cukup dekat dari kota kecamatan dan
juga kantor Kecamatan Wadaslintang yaitu hanya berjarak sekitar 1 km.[2]
Prosedur Penelitian PTK
1.
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Setelah rencana
perbaikan pembelajaran siklus pertama (RPP 1) disetujui oleh Kepala SD Negeri 2
Wadaslintang untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran. Untuk mengumpulkan
data, peneliti meminta bantuan rekan sejawat sebagai observer.
Untuk menyamakan
persepsi antara peneliti dan observer, sebelum pelaksanaan perbaikan dimulai,
peneliti dan pengamat membicarakan aspek-aspek perbaikan yang perlu
diperhatikan bersama. Dalam pelaksanaannya, observer duduk di sisi belakang
kelas dan mengamati seluruh kegiatan proses perbaikan pembelajaran. Untuk
mencatat informasi mengenai kegiatan perbaikan pembelajaran ini, pengamat
mengisi lembar observasi dan lembar penilaian (terlampir). Tindakan yang akan
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah pembelajaran direncanakan melalui tiga
siklus.
a.
Siklus Pertama
Pembelajaran
siklus pertama dilakukan dengan satu kali pertemuan selama 3 x 35 menit dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Membuat rencana pembelajaran beserta
skenario tindakan yang akan dilaksanakan;
b) Membuat lembar observasi; dan
c) Berkolaborasi dengan observer dalam
pelaksanaan tindakan.
2) Pelaksanaan
a) Menerapkan rencana pembelajaran yang
telah disusun;
b) Setelah menyimak presentasi materi
melalui media kartun edukatif, peserta didik melakukan diskusi secara kelompok
dengan bimbingan guru untuk memahami materi tentang perilaku terpuji;
c) Menyelesaikan soal-soal latihan dengan
panduan lembar kerja peserta didik (LKPD); dan
d) Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan
evaluasi secara individual.
3) Observasi : observasi dilakukan selama
proses perbaikan pembelajaran dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu guna
perbaikan pada siklus selanjutnya.
4) Refleksi : berdasarkan hasil observasi,
dilakukan analisis dan refleksi diri untuk menyusun rencana tindakan siklus
berikutnya.
b.
Siklus Kedua
Selain upaya yang
dilakukan pada siklus pertama, upaya tambahan pada siklus kedua ini adalah
dengan terlebih dahulu menggali persepsi awal peserta didik tentang perilaku
terpuji sebelum proses perbaikan pembelajaran berlangsung. Dari persepsi awal
inilah suatu proses pembelajaran dikembangkan. Dalam pengertian belajar
terdapat ciri pokok belajar yaitu proses, perubahan tingkah laku dan
pengalaman.
Pelaksanaan
pembelajaran siklus kedua dilakukan dalam satu kali pertemuan selama 3 x 35
menit dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perencanaan
a) Membuat rencana perbaikan pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama;
b) Membuat lembar observasi dan lembar
kerja peserta didik; dan
c) Berkolaborasi dengan observer dalam
pelaksanaan tindakan.
2) Pelaksanaan
a) Pelaksanaan tindakan diawali dengan
menggali persepsi awal peserta didik;
b) Setelah menyimak presentasi dengan media
kartun edukatif dalam pembelajaran, secara berkelompok peserta didik melakukan role playing dengan kelompoknya
masing-masing mengenai perilaku terpuji dengan bimbingan guru;
c) Menyelesaikan soal-soal latihan dengan
panduan lembar kerja peserta didik (LKPD); dan
d) Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan
evaluasi secara individual.
3) Observasi : observasi dilaksanakan oleh
teman sejawat pada saat proses perbaikan pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi : berdasarkan hasil observasi,
dilakukan analisis dan refleksi diri untuk menyusun rencana tindakan siklus
berikutnya.
c.
Siklus Ketiga
Selain upaya
yang dilakukan pada siklus pertama dan kedua, upaya tambahan pada siklus ketiga
ini adalah dengan terlebih dahulu menggali kembali persepsi awal peserta didik
tentang perilaku terpuji sebelum proses perbaikan pembelajaran berlangsung.
Dari persepsi awal inilah suatu proses pembelajaran dikembangkan. Pelaksanaan
pembelajaran siklus ketiga dilakukan dalam satu kali pertemuan selama 3 x 35
menit dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perencanaan
a. Membuat rencana perbaikan pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi dari siklus kedua;
b. Membuat lembar observasi dan lembar
kerja peserta didik; dan
c. Berkolaborasi dengan observer dalam
pelaksanaan tindakan.
2) Pelaksanaan
a. Pelaksanaan diawali dengan menggali
persepsi awal peserta didik;
b. Setelah menyimak presentasi dengan media
kartun edukatif dalam pembelajaran, secara berkelompok peserta didik mensimulasikan
tata cara berkurban dengan bimbingan guru;
c. Menyelesaikan soal-soal latihan dengan
panduan lembar kerja peserta didik (LKPD); dan
d. Pembelajaran diakhiri dengan mengerjakan
evaluasi secara individual.
3) Observasi : observasi dilaksanakan oleh
observer pada saat proses perbaikan pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi : Berdasarkan hasil observasi
dilakukan analisis dan refleksi.
2.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
a.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
Perbaikan pembelajaran
melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap, yaitu : 1)
perencanaan (planning); 2)
pelaksanaan (acting); 3) pengamatan (observing); dan 4) refleksi (reflecting).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan
kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum
berhasil. Adapun pemecahan masalahnya seperti pada diagram alur prosedur PTK
sebagai berikut :
Gambar 3.
Diagram Alur Prosedur PTK
Setelah siklus ini
berlangsung beberapa kali, perbaikan pembelajaran yang direncanakan sudah
dilaksanakan. Dalam hal ini, daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan
sudah berakhir. Namun biasanya akan muncul masalah atau kerisauan baru. Masalah
ini akan kembali dipecahkan melalui daur PTK. Secara lebih rinci dapat dilihat
pada diagram berikut :
Gambar 4. Diagram Daur PTK
b.
Prosedur Khusus Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
1) Siklus Pertama
a) Perencanaan : berdasarkan rumusan
masalah yang telah dibuat, peneliti menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP) 1 dengan skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah
yang akan ditempuh dalam kegiatan perbaikan pembelajaran.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal : sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan, peneliti menyiapkan lembar kerja dan peralatan yang
dibutuhkan. Peneliti juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan dalam kegiatan perbaikan. Juga melakukan apersepsi dengan bertanya
jawab tentang perilaku terpuji.
(2) Kegiatan inti
Peneliti membagi
peserta didik dalam 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 atau 5
anak dan memberikan petunjuk cara berdiskusi tentang perilaku terpuji dilanjutkan
dengan mengerjakan lembar kerja peserta didik secara berkelompok, sedangkan
peneliti mengawasi dan mengarahkan kepada setiap kelompok. Kemudian guru
mempresentasikan materi dan prosedur kerja peserta didik dengan media kartun
edukatif dalam pembelajaran.
Setelah batas
waktu yang ditentukan selesai, peserta didik melaporkan hasil kerja kelompok.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya masing-masing. Selanjutnya
peneliti mengoreksi hasil kerja peserta didik dan membuat kesimpulan dari materi
pelajaran.
Semua pertanyaan dalam
lembar kerja akan terjawab apabila peserta didik memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh peneliti. Peserta didik akan dapat menjelaskan tentang perilaku
terpuji dengan benar. Di sinilah akan terlihat pemahaman peserta didik dengan
jelas, sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman belajar secara nyata.
(3) Kegiatan akhir : setelah simpulan
berakhir, peserta didik mengerjakan evaluasi secara individu dan peneliti mengoreksi
serta menilai hasil pekerjaan peserta didik. Langkah selanjutnya adalah
menganalisis hasil pekerjaan peserta didik dan melaksanakan tindak lanjut.
c) Observasi : observer melaksanakan
observasi kegiatan perbaikan pembelajaran siklus pertama yang dilaksanakan oleh
peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
d) Refleksi : pembelajaran Pendidikan Agama
Islam mengenai perilaku terpuji melalui teknik diskusi dianalisis ketuntasan
belajarnya sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan dengan dilaksanakan
evaluasi.
2) Siklus Kedua
Untuk
siklus kedua ini merupakan hasil refleksi antara peneliti dan observer,
sehingga pelaksanaannya melengkapi kekurangan pada siklus pertama. Adapun
pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a) Perencanaan : peneliti membuat RPP 2
yang mencakup skenario tindakan yang akan peneliti laksanakan. Sedangkan
alat-alat yang peneliti siapkan antara lain : LKPD dan lembar soal.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal : dalam siklus kedua,
pembelajaran diawali dengan mempersiapkan LKPD serta lembar petunjuk kerja.
(2) Kegiatan inti : guru mempresentasikan
materi dan prosedur kerja peserta didik dengan media kartun edukatif dalam
pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan penjelasan serta petunjuk
langkah-langkah melaksanakan role playing.
Dan peserta didik melakukan role playing di masing-masing kelompok belajar di depan
kelas. Kemudian peneliti bersama peserta didik menyimpulkan.
(3) Kegiatan akhir : peneliti mengadakan
evaluasi dikerjakan oleh peserta didik secara individu, hasil pekerjaan peserta
didik dianalisis dan dilanjutkan dengan tindak lanjut.
c) Observasi : selama kegiatan berlangsung
observer melaksanakan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi dan kriteria yang telah disepakati
bersama peneliti. Selain itu, observer mengamati ketuntasan belajar peserta
didik.
d) Refleksi : pembelajaran Pendidikan Agama
Islam mengenai perilaku terpuji melalui presentasi dengan media kartun edukatif
dalam pembelajaran dan role playing dianalisis
tingkat ketuntasan belajarnya sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan.
3) Siklus Ketiga
Untuk
siklus ketiga ini merupakan hasil refleksi antara peneliti dan observer,
sehingga pelaksanaannya melengkapi kekurangan yang ada pada siklus pertama dan
siklus kedua. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a) Perencanaan : peneliti membuat RPP 3
yang mencakup skenario tindakan yang akan peneliti laksanakan. Sedangkan
alat-alat yang peneliti siapkan antara lain : LKPD dan lembar soal.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal : dalam siklus ketiga,
pembelajaran diawali dengan mempersiapkan LKPD serta lembar petunjuk kerja.
(2) Kegiatan inti : peneliti memberikan
penjelasan serta petunjuk langkah-langkah melaksanakan simulasi tata cara
berkurban kelompok melalui presentasi media kartun pembelajaran. Dan peserta
didik melakukan simulasisecaraberkelompok. Kemudian peneliti bersama peserta
didik menyimpulkan.
(3) Kegiatan akhir : peneliti mengadakan
evaluasi yang dikerjakan oleh peserta didik secara individu, hasil pekerjaan
peserta didik dianalisis dan dilanjutkan dengan tindak lanjut.
c) Observasi : selama kegiatan berlangsung
observer melaksanakan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi dengan kriteria yang telah
disepakati bersama peneliti. Selain itu, observer mengamati ketuntasan belajar
peserta didik.
d) Refleksi : perbaikan pembelajaran pada
siklus ketiga, dianalisis tingkat ketuntasan belajarnya sesuai dengan KKM yang
ditetapkan. Kemudian disimpulkan hasilnya.
3.
Observer
Prosedur pelaksanaan
PTK dilakukan dalam tiga siklus perbaikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti
dibantu oleh rekan sejawat sebagai observer, yaitu :
Nama :
Wiyoto, S.Pd.SD
NIP :
19811008
200903 1 007
Pekerjaan : Guru Kelas
Unit kerja : SD Negeri 2 Wadaslintang
Pengamatan yang
dilakukan oleh observer, dalam pelaksanaannya, observer perbaikan pembelajaran
bertugas : a) melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran; dan b) memberi masukan kepada peneliti berdasarkan hasil
observasi.
4.
Prosedur Pembelajaran
Belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar, yaitu :
a. Proses, belajar merupakan proses mental
dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan;
b. Perubahan tingkah laku, hasil belajar
berupa perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik
maupun afektif; dan
c.
Pengalaman,
belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami
secara tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di
dalam interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.
Prosedur umum
pembelajaran dapat diuraikan dalam urutan kegiatan pembelajaran sebagai berikut
:
a.
Pra Kegiatan
1) Menciptakan sikap yang mendidik;
2) Menciptakan kesiapan belajar peserta
didik; dan
3) Menciptakan suasana belajar yang
kondusif.[1]
b.
Kegiatan Awal
Terdapat beberapa upaya
yang harus dilakukan oleh guru sejalan dengan tugasnya di kelas, khususnya pada
awal pembelajaran, antara lain :
1) Memahami latar belakang kemampuan
peserta didik;
2) Dapat membangkitkan dan menarik
perhatian peserta didik sehingga terfokus pada pelajaran yang akan diikutinya;
3) Dapat memberikan bimbingan belajar
secara berkelompok maupun individu;
4) Dapat menciptakan interaksi edukatif
yang efektif, sehingga peserta didik merasakan adanya suasana belajar yang
kondusif;
5) Memberikan penguatan pada peserta didik;
dan
6) Berdisiplin dan menanamkan disiplin pada
peserta didik.
c.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti
dalam pembelajaran memegang peranan sangat penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru perlu
mengidentifikasi secara sistematis tentang kegiatan-kegiatan belajar yang
memungkinkan dapat dilaksanakan dalam pembelajaran tersebut.
Langkah-langkah
kegiatan inti dalam pembelajaran secara sistematis perlu melakukan kegiatan
sebagai berikut :
1) Memberitahukan tujuan pembelajaran dan
garis besar materi yang akan dipelajari;
2) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar
yang akan ditempuh peserta didik;
3) Membahas materi atau menyajikan bahan
pembelajaran secara klasikal, kelompok atau individual; dan
4) Menyimpulkan hasil pembelajaran.
d.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dan
tindak lanjut harus dilakukan secara sistematis dan fleksibel. Sehingga dalam prosesnya
akan dapat menunjang optimalisasi hasil belajar peserta didik. Langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh guru adalah
sebagai berikut :
1) Melaksanakan penilaian akhir;
2) Mengkaji hasil penilaian akhir;
3) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran;
4) Mengemukakan tentang topik yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya; dan
5) Menutup kegiatan pembelajaran.
[1]Asep
Herry Hernawan, dkk, Pembelajaran Terpadu
di SD, Cetakan 5, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 2.5 – 2.10.
Langganan:
Postingan (Atom)