Pada
awalnya peneliti mengobservasi dan merenungkan hasil nilai raporpeserta didik
kelas IV SD Negeri 2 Wadaslintang Kabupaten Wonosobo pada semester 1 tahun
pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yang terbukti
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukan angka yang
relatif rendah yakni hanya berkisar pada Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
yaitu 75 (tujuh puluh lima). Bahkan nilai-nilai tersebut beberapa terkesan
dipaksakan hanya untuk mengejar SKBM tersebut dengan hanya tercapai nilai
rata-rata kelas sebesar 76,83.
Kegitan proses pembelajaran tidak lain adalah menanamkan
sejumlah normal ke dalam jiwa peserta didik. Sehingga pembelajaran itu disebut
juga proses interaksi eduaktif.[1]Ketika
peneliti mengobservasi kegiatan proses pembelajaran, guru mengajar masih dengan
strategi pembelajaran konvensional. Di mana guru cenderung hanya sekedar
menstranfer ilmu pada peserta didik, sehingga peserta didik pasif, kurang
kreatif, bahkan bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru terkadang
hanya menggunakan alat peraga ala kadarnya dan bahkan sering kali tidak
memanfaatkan alat peraga yang relevan. Metode ceramah yang mendominasi selama
proses pembelajaran membuat peserta didik dan suasana pembelajaran monoton. Peserta
didik juga masih terlihat melakukan aktivitas-aktivitas yang negatif yang
menghambat efektivitas dan efesiensi proses dan hasil pembelajaran, misalnya
beberapa anak mengobrol di luar tema pembelajaran, mengganggu teman, keluar
masuk kelas dengan berbagai alasan, mengantuk atau bahkan bermain-main dengan
alat tulis dan mainan yang sengaja dibawa oleh peserta didik. Padahal,
pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk watak dan kepribadian peserta
didik, sehingga pendidikan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian
dan perilaku peserta didik.[2]
Melihat kondisi pembelajaran yang monoton dan tidak
kondusif tersebut, suasana pembelajaran tampak kaku dan tidak menyenangkan, hal
ini berdampak pada nilai yang diperoleh
peserta didik kelas IV pada kompetensi dasar meneladani perilaku Nabi Ibrahim
a.s. dan Nabi Ismail a.s. Banyak peserta didik belum mencapai ketuntasan
belajar minimal dalam mempelajari kompetensi dasar tersebut. Hal ini
diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar beberapa peserta didik yang
masih di bawah standar ketuntasan belajar minimal.
Berdasarkan dokumentasi dari daftar nilai yang dimiliki
guru, pada ulangan harian dengan tema meneladani perilaku Nabi Ibrahim a.s. dan
Nabi Ismail a.s.diketahui bahwa dari 32 peserta didik yang mengikuti ulangan
harian, ternyata baru 21 anak atau 65,63% peserta didik yang mencapai
ketuntasan dalam belajar dengan kriteria ketuntasan belajar minimal sebesar 75. Ini menunjukkan bahwa masih sebanyak
11 anak atau 34,37% peserta didik belum mencapai batas SKBM. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil ulangan harian ini mengindikasikan keberhasilan dalam
proses pembelajaran masih rendah dan perlu diadakan perbaikan pembelajaran guna
memperbaiki capaian prestasi peserta didik. Alternatif strategi, metode atau
media yang bisa dikembangkan diantaranya dengan pemanfaatan media kartun
edukatif dalam pembelajaran. Media pembenlajaran merupakan perantara sampainya
pesan belajar (message learning) dari
sumber pesan (message resource)
kepada penerima pesan (message receive),
sehingga terjadi interaksi belajar mengajar.[3]
Pemanfaatan media kartun
dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang masih sangat jarang dilakukan,
terutama di sekolah/madrasah yang notabene berada di pedesaan dengan
keterbatasan sarana prasana yang dimiliki lembaga pendidikan tersebut. Walaupun
jika lembaga pendidikan tersebut telah memiliki media kartun pembelajaran
tersebut, bisa saja dari sisi tenaga pendidik dan kependidikannya belum secara
profesional mampu mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi tersebut secara
efektif dan efisien.
Di sekolah,
guru yang berperan sebagai seorang pengajar dan pendidik mempunyai peran dan
fungsi starategis dalam menanamkan pengetahuan dan akhlak/budi pekerti bagi
para peserta didik. Di satu sisi ada harapan dan tuntutan agar peserta didik
nantinya menjadi manusia berilmu (pandai,cerdas), namun di sisi lain yang lebih
berat adalah agar peserta didik nantinya menjadi manusia berbudi pekerti luhur
dan berakhlak mulia (akhlakul karimah). Karena kalau manusia hanya cerdas saja
tetapi tidak berakhlak , bisa-bisa nanti setelah dewasa akan menjadi penjahat
rakyat, koruptor, dan sebagainya. Kita memahami dan mengerti, bahwa seluruh
guru sudah berkali-kali dan tiada henti setiap hari selalu menasihati dan
memberi contoh sikap dan perilaku luhur kepada segenap peserta didiknya. Dengan
berbagai cara, metode dan strategi diterapkan untuk mendidik peserta didik agar
menjadi insan berakhlak mulia. Namun jika peserta didik hanya diceramahi melulu
setiap hari tentu akan merasa bosan, jenuh, dan mungkin kebal. Maka penggunaan
kartun sebagai media pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan sikap
perilaku yang terpuji, budi pekerti luhur dan akhlak mulia patut untuk dicoba
dan diaplikasikan pada proses pembelajaran di sekolah.
Dengan
menggunakan media kartun diharapkan proses pembelajaran akan PAKEM, lebih menantang
dan semakin bermakna. Relevansinya dengan indikator PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) pada
komponen metode pembelajaran yang bervariasi. Lalu pada komponen pengelolaan
kelas, yaitu kegiatan belajar peserta didik bervariatif. Termasuk juga komponen
sumber belajar dan alat bantu pembelajaran di mana guru menggunakan
berbagai sumber belajar.
Bobbi
DePorter berpendapat bahwa peserta didik sering mencari-cari alasan untuk tidak
tertarik, kontradiksi, ketidaksesuaian antara kata-kata dan tindakan guru.
Tetapi, semakin banyak guru memberi teladan, semakin mereka tertarik dan mulai
mencontoh guru. Mengapa mereka tertarik? Karena mereka merasakan kesebangunan,
kecocokan antara keyakinan dan perkataan guru dengan perbuatan guru.[4] Jadi, memberi teladan
adalah salah satu cara ampuh untuk membangun hubungan dan memahami orang lain.
Keteladanan akan menambahkan kekuatan ke dalam pengajaran guru. Masalahnya
adalah banyak guru yang belum mampu memberi teladan ini dan bahkan kadangkala guru
menunjukan perilaku yang tidak layak untuk diteladani.
Penggunaan
media kartun ini sebagai penambah motivasi belajar dan membawa angin segar
suasana pembelajaran, selain tentu saja penanaman nilai-nilai moral. Tidak
semua film kartun layak dijadikan sebagai media pembelajaran, maka kita atau
pun guru sudah seharusnya melakukan proses seleksi terlebih dahulu mana film
yang relevan dan layak dijadikan media pembelajaran
Setelah
peneliti melakukan observasi awal di SD Negeri 2 Wadaslintang Kabupaten
Wonosobo, ternyata fenomena tersebut di atas juga dialami oleh lembaga
pendidikan ini. Selain media kartun yang masih terbatas, dari segi pendidik
juga belum sepenuhnya memahami prosedur operasional atas media-media tersebut.
Sehingga dengan alasan tersebut, banyak pendidik yang masih enggan menggunakan
media kartun pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hal-hal
yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti perlu untuk mengadakan penelitian tindakan
kelas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PESERTA DIDIK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTUN EDUKATIF TENTANG PERILAKU TERPUJI
PADA KELAS IV SD NEGERI 2 WADASLINTANG WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014.”
[1] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan
Islam, Cetakan 1, (Bandung : Pustaka Setia, 2009),
hal. 60.
hal. 60.
[2] Rahmat Raharjo, Inovasi
Kurikulum Pendidikan Agama Islam : Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Cetakan
I, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 2.
[3] Munir, Kurikulum Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Cetakan Kesatu, (Bandung : Alfabeta,
2008), hal. 138.
[4]Bobbi DePorter, dkk, Quantum
Teaching : Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, (Diterjemahkan
dari : Quantum Teaching : Orchestrating Student Success; Penerjemah : Ary
Nilandari; Penyunting : Femmy Syahrani), Cetakan II, (Bandung : Kaifa, Mizan
Pustaka, 2010),
hal. 72-73.
hal. 72-73.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda