Sabtu, 25 April 2015

Perilaku Terpuji

Perilaku terpuji berarti tanggapan atau reaksi peserta didik yang sangat baik terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku merupakan manifestasi dari kepribadian seseorang. Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang berumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.[1]Perilaku terpuji juga sangat erat kaitannya dengan etika pada suatu masyarakat tertentu. Menurut Sjarkawi, etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya yang terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.[2]

Selain itu, perilaku terpuji juga erat kaitannya dengan akhlak Islami yang menurut Abuddin Nata adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam dan bersifat universal. Sehingga akhlak Islami ini mengakui nilai-nilai universal dan juga nilai-nilai yang bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai universal tersebut.[3] Perilaku terpuji merupakan tanggapan terhadap rangsang dengan baik. Baik atau kebaikan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia.[4] Sesuatu yang disebut baik dan buruk itu relatif, karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya, sehingga bersifat subyektif, karena bergantung kepada individu yang menilainya.
Akhlak Islami harus perpedoman pada al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pembimbing menuju kebahagiaan. Memberikan prinsip dasar yang dapat dijadikan pegangan untuk mencapai keberhasilan dan kesejahteraan, baik lahir maupun batin bahkan kebahagiaan di akhirat. Juga memberikan peneguhan agar manusia memiliki kepercayaan diri yang sejati dan mampu memberikan motivasi yang kuat dan prinsip tauhid yang teguh. Al-Qur’an juga memberikan petunjuk bagaimanan mencapai keberhasilan, berikut pola pelatihnnya. Juga menunjukkan jalan yang salah, yang harus dihindari agar tidak terjerumus ke lembah kehancuran dan penderitaan.[5] Al-Qur’an telah menjadikan dunia berada dalam keamanan, membangun umat percontohan, baik dalam masalah keimanan, persaudaraan, keadilan, pemenuhan kewajiban dan menjaga keseimbangan.[6]
Sejak pertama kali manusia mengenal dunia, Allah telah membekalinya dengan hati yang jernih, bersih, bagai kertas putih tanpa coretan. Tetapi manusia telah merenggut kesuciannya dengan dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Kemudian mengkristal menjadi penyakit dan membentuk kepribadian dan perilakunya.[7]Untuk membangun kehidupan sehari-hari yang semakin dekat dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah (Islami), sangat relevan sekali kita melakukan introspeksi terhadap pengamalan ajaran Islam selama ini. Sejauh mana perkataan, sikap, perbuatan, perilaku dan cara serta pola hidup kita sesuai dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut. Upaya melakukan introspeksi ini sangat penting untuk menentukan dan mengetahui posisi kita, kelemahan, kekurangan, serta kekuatan dalam menjalankan Islam. Segala kekurangan dan kelemahan akan diperbaiki dan kekuatan serta kebaikan akan terus dimanfaatkan dan ditingkatkan.[8]



[1]Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Cetakan Keempat, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 11.
[2]Ibid., hal. 27.
[3] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Edisi Revisi, Cetakan 12, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003), hal. 125.
[4]Ibid., hal. 88 – 89.
[5] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ, Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165, Jilid 1, (Jakarta : Arga Tilanta, 2000),
hal. 181 – 182.
[6] Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Studi al-Qur’an al-Karim, Penyadur : Taufik Rahman, Cetakan I, (Jakarta : Pustaka Setia, 2002), hal. 30.
[7]Abu Yasid, Fiqh Today, Fatwa Tradisionalis untuk Orang Modern, Buku Empat : Fikih Tasawuf, (Jakarta : Erlangga, 2007), hal. 4.
[8] Firdaus, Bimbingan Membentuk Pribadi Muslim Sejati, (Jakarta : Erlangga, 2007),
hal. 53 – 54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda