Perilaku terpuji berarti tanggapan
atau reaksi peserta didik yang sangat baik terhadap rangsangan atau lingkungan.
Perilaku merupakan manifestasi dari kepribadian seseorang. Kepribadian adalah
ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
berumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungannya, misalnya,
keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.[1]Perilaku terpuji juga
sangat erat kaitannya dengan etika pada suatu masyarakat tertentu. Menurut
Sjarkawi, etika adalah sebuah cabang filsafat yang membicarakan tentang nilai
dan norma yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya yang terwujud dalam
sikap serta pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat.[2]
Selain itu, perilaku terpuji juga erat
kaitannya dengan akhlak Islami yang menurut Abuddin Nata adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang
didasarkan pada ajaran Islam dan bersifat universal. Sehingga akhlak Islami ini
mengakui nilai-nilai universal dan juga nilai-nilai yang bersifat lokal dan
temporal sebagai penjabaran atas nilai universal tersebut.[3] Perilaku terpuji merupakan
tanggapan terhadap rangsang dengan baik. Baik atau kebaikan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan
disukai manusia.[4]
Sesuatu yang disebut baik dan buruk itu relatif, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya, sehingga bersifat
subyektif, karena bergantung kepada individu yang menilainya.
Akhlak Islami harus perpedoman pada
al-Qur’an. Al-Qur’an adalah pembimbing menuju kebahagiaan. Memberikan prinsip
dasar yang dapat dijadikan pegangan untuk mencapai keberhasilan dan
kesejahteraan, baik lahir maupun batin bahkan kebahagiaan di akhirat. Juga
memberikan peneguhan agar manusia memiliki kepercayaan diri yang sejati dan
mampu memberikan motivasi yang kuat dan prinsip tauhid yang teguh. Al-Qur’an
juga memberikan petunjuk bagaimanan mencapai keberhasilan, berikut pola
pelatihnnya. Juga menunjukkan jalan yang salah, yang harus dihindari agar tidak
terjerumus ke lembah kehancuran dan penderitaan.[5] Al-Qur’an telah menjadikan
dunia berada dalam keamanan, membangun umat percontohan, baik dalam masalah
keimanan, persaudaraan, keadilan, pemenuhan kewajiban dan menjaga keseimbangan.[6]
Sejak pertama kali manusia mengenal
dunia, Allah telah membekalinya dengan hati yang jernih, bersih, bagai kertas
putih tanpa coretan. Tetapi manusia telah merenggut kesuciannya dengan
dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Kemudian mengkristal menjadi penyakit dan
membentuk kepribadian dan perilakunya.[7]Untuk membangun kehidupan
sehari-hari yang semakin dekat dengan petunjuk al-Qur’an dan Sunnah (Islami),
sangat relevan sekali kita melakukan introspeksi terhadap pengamalan ajaran
Islam selama ini. Sejauh mana perkataan, sikap, perbuatan, perilaku dan cara
serta pola hidup kita sesuai dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut. Upaya
melakukan introspeksi ini sangat penting untuk menentukan dan mengetahui posisi
kita, kelemahan, kekurangan, serta kekuatan dalam menjalankan Islam. Segala
kekurangan dan kelemahan akan diperbaiki dan kekuatan serta kebaikan akan terus
dimanfaatkan dan ditingkatkan.[8]
[1]Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Peran Moral
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri,
Cetakan Keempat, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hal. 11.
[3] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Edisi
Revisi, Cetakan 12, (Jakarta : Rajawali Pers, 2003), hal. 125.
[5] Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual, ESQ, Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165, Jilid 1,
(Jakarta : Arga Tilanta, 2000),
hal. 181 – 182.
hal. 181 – 182.
[6] Syeikh Muhammad bin
Muhammad Abu Syahbah, Studi al-Qur’an
al-Karim, Penyadur : Taufik Rahman, Cetakan I, (Jakarta : Pustaka Setia,
2002), hal. 30.
[7]Abu Yasid, Fiqh Today, Fatwa Tradisionalis untuk Orang
Modern, Buku Empat : Fikih Tasawuf, (Jakarta : Erlangga, 2007), hal. 4.
[8] Firdaus, Bimbingan Membentuk Pribadi Muslim Sejati, (Jakarta
: Erlangga, 2007),
hal. 53 – 54.
hal. 53 – 54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda