a.
Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Heinich, dkk
(1996), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah saluran komunikasi,
yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk
disampaikan kepada penerima informasi. Menurut Critters (1996), media
pembelajaran dipandang sebagai alat atau wahana untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan pesan pembelajaran kepada peserta didik.[1]
Munir berpendapat bahwa
media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan
(message receive), sehingga terjadi
interaksi belajar mengajar. Media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang
dapat membantu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan motivasi, daya pikir dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian peserta didik
terhadap materi yang sedang dibahas.[2]
Sedangkan menurut Gatot
Muhsetyo, dkk, media adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan
terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan dan/atau
menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan peserta didik untuk dapat terlibat
langsung dengan pembelajaran tersebut. Tuntutan masa kini, agar guru mampu
memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat, perlu mendapat perhatian
dan tanggapan yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, jika tidak, pendidikan
di Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lain.[3]
Jadi, media
pembelajaran adalah segala sesuatu alat atau wahana bantu pembelajaran yang
secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan sebagai perantara untuk
mempresentasikan dan menyampaikan pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive), sehingga terjadi interaksi belajar mengajar.
Lebih jauh menurut
Amalia Sapriati, bahwa tujuan penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk
1) meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran, 2) memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, 3) memberikan arahan tentang tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai, 4) menyediakan evaluasi mandiri, 5) memberi rangsangan
kepada guru untuk kreatif, 6) menyampaikan materi pembelajaran, 7) membantu
pebelajar yang memiliki kekhususan tertentu.[4]
Menurut Winn (1996),
fungsi media antara lain adalah
1) menyampaikan pembelajaran, di mana media digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran tertentu, 2) konstruksi dari lingkungan, di mana media membantu peserta didik menggali dan membangun pemahaman dari pengetahuan, dan 3) mengembangkan keterampilan kognitif, di mana media digunakan sebagai model, kreasi atau pengembangan dari keterampilan mental.[5]
1) menyampaikan pembelajaran, di mana media digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran tertentu, 2) konstruksi dari lingkungan, di mana media membantu peserta didik menggali dan membangun pemahaman dari pengetahuan, dan 3) mengembangkan keterampilan kognitif, di mana media digunakan sebagai model, kreasi atau pengembangan dari keterampilan mental.[5]
b.
Kartun Edukatif
Film kartun merupakan salah satu
media audio-visual yang sangat digemari pada usia anak-anak. Film kartun ini
mampu merangsang daya imajinasi anak sehingga memberikan kesan mendalam yang
tahan lama. Selain itu, film kartun juga memiliki kemampuan yang besar sekali
untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan juga tingkah laku anak. Hal ini
dikarenakan film kartun biasanya menggunakan karakter yang mudah disukai anak,
sehingga kerap kali anak-anak tersebut menjadikan tokoh kartun idolanya sebagai
contoh perilaku dalam aktivitas bermainnya. Sayangnya, banyak film kartun yang
tidak mendidik disajikan untuk anak-anak sehingga berdampak negatif bagi
perilaku anak tersebut. Jika saja film kartun tersebut bernuansa edukatif, maka
perilaku anak-anak pun lebih terdidik.
Film kartun sebagai tontonan
edukatif anak-anak ini disajikan dengan memakai prinsip contextual dan realistic,
yang artinya alur cerita yang di tawarkan pada tiap tayangannya merupakan
konteks kehidupan yang sangat dekat dengan anak-anak. Diharapkan dengan ini
anak-anak bisa lebih mudah mencerna materi yang diajarkan dalam film itu karena
ia merasa dekat dan tidak asing dengan situasi tersebut.
Inovasi media belajar ini selain
dapat menjadi sebuah alternatif yang sangat cocok bagi pembelajaran anak, juga
dapat memotivasi para animator yang dimiliki oleh Indonesia untuk lebih
meningkatkan kreativitas mereka dalam membuat animasi yang bermanfaat dan
memiliki nilai edukatif bagi masyarakat, terutama anak-anak
Kartun sebagai alat bantu mempunyai
manfaat penting dalam pengajaran,terutama dalam menjelaskan rangkaian isi bahan
dalam satu urutanlogis atau mengandung makna.Memilih kualitas kartun yang
efektif untuk membantu tujuan pengajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1)
Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman : pertimbangan
pertama adalah, arti kartun hendaknya dapat dimengerti oleh para peserta didik
pada saat kartun tersebut digunakan. Misalnya kartun mengenai bantuan luar
negeri atau perang dingin, akan kecil artinya bagi murid kelas enam yang belum
mempelajari judul-judul tersebut. Demikian juga banyak guru yang tersentuh
melihat kartun berikut, sebaliknya para peserta didik mungkin merasa lucu
melihatnya;
2)
Kesederhanaan : memperkirakan
arti kartun dapat dimengerti, berarti ada beberapa perwatakan fisik yang
diinginkan dari kartun-kartun yang baik. Satu di antaranya adalah
kesederhanaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kartun-kartun yang baik hanya
berisi hal yang penting-penting saja. Beberapa kartun bahkan tidak memerlukan
keterangan sama sekali, karena lukisan itu sendiri telah menyampaikan gagasan
tanpa bantuan kata-kata. Walaupun kartun sosial politik biasanya memerlukan
keterangan namun harus jelas, singkat dan langsung. Penjelsan yang panjang
lebar ti dak perlu jika kartun dibentuk serta dibuat dengan baik;
3)
Lambang yang jelas : ciri
ketiga dari kartun yang efektif adalah kejelasan dari pengertian-pengertian
simbolis. Lambang-lambang yang menggambarkan konsep-konsep yang lebih abstrak,
seperti hak-hak negara, kemanusiaan, dan kemerdekaan sulit disampaikan.
Penggunaan kartun edukatif dalam
proses pembelajaraan mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
1)
Untuk motivasi : sesuai
dengan wataknya kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan
minat belajar peserta didik. Beberapa kartun dengan topik yang sedang hangat,
bilamana cocok dengan tujuan-tujuan pengajaran, merupakan pembuka diskusi yang
efektif;
2)
Sebagai ilustrasi : seorang
guru melaporkan hasil efektif dari penggunaan kartun-kartun dalam menggambarkan
konsep ilmiah pengajaran sain. Sebagian dipakai untuk mengemukakan beberapa
pertenyaan tentang tidaknya situasi ilmiah yang dapat digambarkan dalam kartun.
Sebagian lagi menggambarkan kesalahan-kesalahan dalam menafsirkan isi yang
terkandung dalam kartun. Ini berarti kartun dapat digunakan sebagai
ilustrasi dalam kegiatan pengajaran;
3)
Untuk kegiatan peserta didik : jenis
lain dari kartun yang dipergunakan adalah kreasi kartun-kartun yang dibuat peserta
didik sendiri. Para peserta didik membuat kartun untuk menumbuhkan minat dalam
kampanye kebersihan, keselamatan mengemudi dan lain-lain.
c.
Pemanfaatan Media Kartun Edukatif dalam
Pembelajaran
Mengintegrasikan TIK ke
dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan kompetensi pengajar dalam
mengajar dan meningkatkan mutu belajar peserta didik. TIK yang sifatnya
inovatif dapat meningkatkan apa yang sedang dilakukan sekarang dan masa mendatang.
Oleh karena itu, pengajar hendaknya memanfaatkan seluruh kemampuan dan potensi
teknologi untuk meningkatkan pembelajaran, terutama melakukan pembaharuan dalam
upaya mengembangkan proses belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan media
kartun edukatif akan berjalan dengan efektif jika peran pengajar dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator pembelajaran atau yang memberikan
kemudahan kepada peserta didik untuk belajar bukan lagi sebagai pemberi
informasi. Pengajar bukan satu-satunya sumber informasi yang disampaikan dengan
ceramah menyampaikan fakta, data atau informasi apa saja. Pengajar tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat belajar dari peserta didik,
menjadi mitra belajar (partner),
sehingga memungkinkan peserta didik tidak segan untuk berpendapat, bertanya,
bertukar pikiran dengan pengajar.
Pengajar dapat
menyampaikan informasi atau materi pembelajaran kepada peserta didik dengan
media kartun edukatif melalui presentasi atas materi tersebut. Menurut Warjana
dan Abdul Razaq, presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak
hadirin[6] dalam hal ini adalah
peserta didik. Pengajar memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya dan
menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara belajar
sesuai karakteristik, kebutuhan, bakat atau minatnya.[7]
Peran peserta didik
dalam pembelajaran bukan objek yang pasif yang hanya menerima informasi dari
pengajar, namun lebih aktif, kreatif dan partisipan dalam proses pembelajaran.
Peserta didik harus mampu menghasilkan atau menemukan berbagai informasi ilmu
pengetahuan. Pembelajaran dilaksanakan secara kooperatif berkelompok. Pada
intinya proses pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered learning).
[1] Amalia Sapriati, dkk, Pembelajaran IPA di SD, Edisi Kesatu,
Cetakan Ketiga,(Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal.5.2.
[2] Munir, Op. Cit.,hal. 138.
[3] Gatot Muhsetyo, dkk, Pembelajaran Matematika SD, Edisi Kesatu,
Cetakan Kedua, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hal. 2.3 – 2.4.
[6] Warjana& Abdul
Razaq, Teknik Presentasi Power Point
dengan Laptop, (Surabaya : Indah, 2007),
hal. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda