Jumat, 24 April 2015

Penelitian Tindakan Kelas PTK

1.      Penelitian Tindakan Kelas
a.       Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Researchterdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal.  Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.  Sementara itu, penelitian tindakan didefinisikan sebagai studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut.[1] Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.[2]PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills dalam Creswell, yaitu action research designs are systematic procedures done by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their particular educational setting operates, their teaching, and their student learning.[3] Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas.
b.      Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel menyebutkan sekurang-kurangnya terdapat lima manfaat penelitian tindakan kelas,[4] yaitu:
1)      PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe sekolah, semua level, guru kelas baik secara individu maupun berkelompok, ataupun pimpinan sekolah;
2)      PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan;
3)      PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan penelitian mereka sendiri sehingga dapat mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktikkan keahlian-keahlian mereka sendiri;
4)      PTK membantu guru mengidentifkasi masalah-masalah dan isu-isu secara sistematis; dan
5)      PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri.
c.       Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK[5] dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)      Masalah PTK berawal dari guru: masalah yang ditemukan guru di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat menjadi topik utama dalam melakukan penelitian;
2)      Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran: implikasi dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena sedang melakukan PTK;
3)      PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif: seorang guru dapat berkolaborasi dengan dosen tenaga ahli ataupun teman sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga dapat saling memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK dengan benar;
4)      PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas: tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-hal inovatif lainnya;
5)      PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan: hal ini terjadi karena dengan melakukan PTK berarti seorang guru dapat membuktikan apakah sebuah teori pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di kelasnya, sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
d.      Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas[6]menurut Suharsimi Arikunto meliputi :
1)      Kegiatan nyata dalam situasi rutin : penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran;
2)      Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja : kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai;
3)      SWOT sebagai dasar berpijak : penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O - Opportu-nity (kesempatan), T-Threat(ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun peserta didik yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga peserta didik. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
4)      Upaya empiris dan sistemik : dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut;
5)      Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan : kata SMART yang artinya cerdas mempunyai makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah : S–Specific, khusus, tidak terlalu umum,  M–Managable, dapat dikelola, dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau, R-Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu, terencana.
e.       Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar dari beberapa model PTK yang telah dijelaskan di atas, terdapat empat tahapan yang biasa dilalui pada PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
1)      Perencanaan : pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung.
2)      Pelaksanaan : pada tahap pelaksanaan, strategi dan rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
3)      Pengamatan : pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama  pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Data dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prestasi, nilai tugas dan lain-lain) atau data kualitatif (keaktifan peserta didik, antusiasme peserta didik, mutu diskusi yang dilakukan, kreativitas peserta didikdan lain-lain).
4)      Refleksi : tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.



[1] Emzir, Metode Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 234.
[2] IGAK Wardhani & Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, Edisi I, Cetakan ke-4, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.4.
[3] John W. Creswell, Educational Research : Planning, Canducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 4th Edition, (Boston, Pearson Education, 2012), page 577.
[4]Jack R Fraenkel, et al, How to Design and Evaluate Research in Education (8th). (New York: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2012), page 596.
[5] Mansur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hal. 12 – 13.
[6] Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), hal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda