1.
Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa
Inggris disebut Classroom Action Researchterdiri dari tiga
kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan
kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu
dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu
suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sementara itu, penelitian tindakan didefinisikan sebagai
studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok
partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi
mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut.[1]
Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam
mengorganisasi pembelajaran secara sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Menurut IGAK Wardhani dan Kuswaya
Wihardit, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik
menjadi meningkat.[2]PTK
menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills
dalam Creswell, yaitu action research designs are
systematic procedures done by teachers (or other individuals in an educational
setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their
particular educational setting operates, their teaching, and their student
learning.[3] Dari
kutipan ini dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program
pembelajaran di kelas.
b. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel menyebutkan
sekurang-kurangnya terdapat lima manfaat penelitian tindakan kelas,[4]
yaitu:
1)
PTK dapat
dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe sekolah, semua level, guru kelas
baik secara individu maupun berkelompok, ataupun pimpinan sekolah;
2)
PTK dapat
memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi pendidikan (guru, pimpinan
sekolah) dalam meningkatkan kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan;
3)
PTK memberi
ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan penelitian mereka sendiri
sehingga dapat mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktikkan
keahlian-keahlian mereka sendiri;
4)
PTK membantu
guru mengidentifkasi masalah-masalah dan isu-isu secara sistematis; dan
5) PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi
penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri.
c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila
dirumuskan, karakteristik PTK[5]
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Masalah PTK
berawal dari guru: masalah yang ditemukan guru
di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat menjadi topik utama dalam melakukan
penelitian;
2) Tujuan
PTK adalah memperbaiki pembelajaran: implikasi
dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena
sedang melakukan PTK;
3) PTK adalah
penelitian yang bersifat kolaboratif: seorang guru dapat berkolaborasi
dengan dosen tenaga ahli ataupun teman sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga
dapat saling memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK dengan benar;
4) PTK adalah
jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki
proses belajar mengajar di kelas: tindakan-tindakan ini dapat
berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi
pembelajaran, pemakaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau
hal-hal inovatif lainnya;
5) PTK dapat
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan: hal
ini terjadi karena dengan melakukan PTK berarti seorang guru dapat membuktikan
apakah sebuah teori pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di
kelasnya, sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan
proses pembelajaran berikutnya.
d. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan
Kelas
Prinsip-prinsip
Penelitian Tindakan Kelas[6]menurut
Suharsimi Arikunto meliputi :
1) Kegiatan
nyata dalam situasi rutin : penelitian yang dilakukan
peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi
yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini
berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga
tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran;
2) Adanya
kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja : kegiatan
penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi
harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya
atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru
harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik
dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai;
3) SWOT sebagai
dasar berpijak : penelitian tindakan dimulai
dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan),
O - Opportu-nity (kesempatan), T-Threat(ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut
guru yang melaksanakan maupun peserta didik yang dikenai tindakan. Dengan
berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya
bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga peserta didik.
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
4) Upaya empiris
dan sistemik : dengan telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti
guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik,
berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait
dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan
cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang
berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang
baru diusulkan tersebut;
5) Ikuti prinsip
SMART dalam perencanaan : kata SMART yang artinya cerdas mempunyai
makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun makna dari
masing-masing huruf adalah : S–Specific, khusus, tidak
terlalu umum, M–Managable, dapat dikelola,
dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima
lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai,
dijangkau, R-Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan
dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu, terencana.
e. Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Kelas
Secara garis
besar dari beberapa model PTK yang telah dijelaskan di atas, terdapat empat
tahapan yang biasa dilalui pada PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan : pada tahap perencanaan, peneliti
menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat
pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan fakta yang
terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung.
2) Pelaksanaan : pada tahap pelaksanaan, strategi dan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan.
Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang dirumuskan dalam rencana
pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
3) Pengamatan : pada tahap
ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data
dilakukan dengan bantuan format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk
juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Data dikumpulkan
dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prestasi, nilai tugas dan
lain-lain) atau data kualitatif (keaktifan peserta didik, antusiasme peserta
didik, mutu diskusi yang dilakukan, kreativitas peserta didikdan lain-lain).
4) Refleksi : tahap
refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
[1] Emzir, Metode Penelitian Pendidikan : Kuantitatif
dan Kualitatif, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 234.
[2] IGAK Wardhani &
Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan
Kelas, Edisi I, Cetakan ke-4, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hal.
1.4.
[3] John W. Creswell, Educational Research : Planning, Canducting
and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 4th Edition, (Boston,
Pearson Education, 2012), page 577.
[4]Jack R Fraenkel, et al, How to
Design and Evaluate Research in Education (8th). (New
York: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2012), page 596.
[5] Mansur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
itu Mudah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hal. 12 – 13.
[6] Suharsimi Arikunto, dkk,
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2006), hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda