Menurut
Hasan Basri, kurikulum adalah seluruh rencana pembelajaran yang dijadikan
pedoman oleh semua civitas akademika yang terdapat dalam satuan lembaga
pendidikan formal maupun nonformal untuk mencapai tujuan yang diinginkan.[1] Dari berbagai pengertian
kurikulum, terdapat kesamaan fungsi, yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan kurikulum sendiri merupakan tujuan setiap program pendidikan
yang dilaksanakan pada peserta didik sehingga tujuan kurikulum harus dijabarkan
dari tujuan umum pendidikan yang dilaksanakan.[2]
Kurikulum
PAI merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan
dan cara pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum ini merupakan
sekumpulan studi keislaman yang meliputi al-Qur'an Hadiṡ, Aqidah Akhlaq, Fiqih,
Tarikh dan Kebudayaan Islam. PAI di sekolah dimaksudkan agar peserta didik
berkembang sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.,
memiliki pengetahuan Islam yang luas, berakhlaqul karimah. Untuk itu diperlukan
kurikulum PAI yang kontekstual dan dapat malayani harapan masyarakat.[3]
Menurut
Achmadi, dalam pelaksanaan PAI dipakai beberapa pendekatan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan
pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai
keagamaan;
b. Pendekatan pembiasan, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya;
c. Pendekatan emosional, yaitu usaha untuk
menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan
menghayati ajaran agama;
d. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk
memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran
ajaran agamanya; dan
e. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan
ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi kemanfaatannya bagi peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.[4]
Teknologi
pendidikan memegang peranan yang penting, terutama setelah berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi, di mana komputer menjadi bagian integral di
dalamnya. Teknologi pendidikan dan berbagai alternatif pendidikannya untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang mendorong pendidik memanfaatkan seoptimal
mungkin penggunaan komputer tersebut di bidang pendidikan.
Teknologi
pendidikan menurut Munir merupakan pendekatan sistematis dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi
pendidikan, maka terjadi kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut :
a. Terjadinya perubahan gradual ke arah
pendekatan belajar yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered approach learning). Perubahan ini ditandai oleh
semakin bertambahnya penggunaan media belajar yang diindividualisasikan; dan
b. Pertambahan secara eksplosif penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi secara praktis dalam semua aspek pendidikan.[5]
Kurikulum
dan teknologi pendidikan saling melengkapi. Teknologi pendidikan berfungsi
memperkuat pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum dikembangkan, maka itu
menjadi fungsi teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan memiliki peran yang
besar pada pengembangan kurikulum karena dalam merancang, menyusun dan
mengembangkan kurikulum menjadi sumber yang menentukan strategi pembelajaran
dengan menempatkan pendidik tidak hanya sebagai pelaksana, namun sebagai
perekayasa dalam proses pembelajaran.
[2] Rahmat Raharjo, Pengembangan & Inovasi Kurikulum,
Membangun Generasi Cerdas dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, Cetakan 1, (Yogyakarta
: Baituna
Publishing, 2012), hal. 21.
[3] Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Cetakan 1, (Yogyakarta
: Magnum
Pustaka, 2010), hal. 35.
[4] Sahal Mahfudz, dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, (Editor : Ismail
SM & Drs. Abdul Mukti, M.Ed), Cetakan I,(Semarang – Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang & Pustaka Pelajar, 2000), hal. 163.
[5]Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Cetakan Kesatu, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda