Sabtu, 25 April 2015

Kartun Edukatif

a.      Pengertian Media Kartun Edukatif
Media pembenlajaran merupakan perantara sampainya pesan belajar (message learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receive), sehingga terjadi interaksi belajar mengajar.[1]Film kartun merupakan salah satu media audio-visual yang sangat digemari pada usia anak-anak. Film kartun ini mampu merangsang daya imajinasi anak sehingga memberikan kesan mendalam yang tahan lama. Selain itu, film kartun juga memiliki kemampuan yang besar sekali untuk menarik perhatian, mempengaruhi sikap dan juga tingkah laku anak. Hal ini dikarenakan film kartun biasanya menggunakan karakter yang mudah disukai anak, sehingga kerap kali anak-anak tersebut menjadikan tokoh kartun idolanya sebagai contoh perilaku dalam aktivitas bermainnya. Sayangnya, banyak film kartun yang tidak mendidik disajikan untuk anak-anak sehingga berdampak negatif bagi perilaku anak tersebut. Jika saja film kartun tersebut bernuansa edukatif, maka perilaku anak-anak pun lebih terdidik.

Film kartun sebagai tontonan edukatif anak-anak ini disajikan dengan memakai prinsip contextual dan realistic, yang artinya alur cerita yang di tawarkan pada tiap tayangannya merupakan konteks kehidupan yang sangat dekat dengan anak-anak. Diharapkan dengan ini anak-anak bisa lebih mudah mencerna materi yang diajarkan dalam film itu karena ia merasa dekat dan tidak asing dengan situasi tersebut. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari proses belajar mengajar di sekolah, media ini harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik.[2]
Inovasi media belajar ini selain dapat menjadi sebuah alternatif yang sangat cocok bagi pembelajaran anak, juga dapat memotivasi para animator yang dimiliki oleh Indonesia untuk lebih meningkatkan kreativitas mereka dalam membuat animasi yang bermanfaat dan memiliki nilai edukatif bagi masyarakat, terutama anak-anak.
Kartun sebagai alat bantu mempunyai manfaat penting dalam pengajaran,terutama dalam menjelaskan rangkaian isi bahan dalam satu urutanlogis atau mengandung makna.Memilih kualitas kartun yang efektif untuk membantu tujuan pengajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)      Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman : pertimbangan pertama adalah, arti kartun hendaknya dapat dimengerti oleh para peserta didik pada saat kartun tersebut digunakan. Misalnya kartun mengenai bantuan luar negeri atau perang dingin, akan kecil artinya bagi murid kelas enam yang belum mempelajari judul-judul tersebut. Demikian juga banyak guru yang tersentuh melihat kartun berikut, sebaliknya para peserta didik mungkin merasa lucu melihatnya;
2)      Kesederhanaan : memperkirakan arti kartun dapat dimengerti, berarti ada beberapa perwatakan fisik yang diinginkan dari kartun-kartun yang baik. Satu di antaranya adalah kesederhanaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kartun-kartun yang baik hanya berisi hal yang penting-penting saja. Beberapa kartun bahkan tidak memerlukan keterangan sama sekali, karena lukisan itu sendiri telah menyampaikan gagasan tanpa bantuan kata-kata. Walaupun kartun sosial politik biasanya memerlukan keterangan namun harus jelas, singkat dan langsung. Penjelsan yang panjang lebar ti dak perlu jika kartun dibentuk serta dibuat dengan baik;
3)      Lambang yang jelas : ciri ketiga dari kartun yang efektif adalah kejelasan dari pengertian-pengertian simbolis. Lambang-lambang yang menggambarkan konsep-konsep yang lebih abstrak, seperti hak-hak negara, kemanusiaan, dan kemerdekaan sulit disampaikan.
Penggunaan kartun edukatif dalam proses pembelajaraan mempunyai beberapa manfaat, antara lain :
1)      Untuk motivasi : sesuai dengan wataknya kartun yang efektif akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar peserta didik. Beberapa kartun dengan topik yang sedang hangat, bilamana cocok dengan tujuan-tujuan pengajaran, merupakan pembuka diskusi yang efektif;
2)      Sebagai ilustrasi : seorang guru melaporkan hasil efektif dari penggunaan kartun-kartun dalam menggambarkan konsep ilmiah pengajaran sain. Sebagian dipakai untuk mengemukakan beberapa pertenyaan tentang tidaknya situasi ilmiah yang dapat digambarkan dalam kartun. Sebagian lagi menggambarkan kesalahan-kesalahan dalam menafsirkan isi yang terkandung dalam kartun. Ini berarti kartun  dapat digunakan sebagai ilustrasi dalam kegiatan pengajaran;
3)      Untuk kegiatan peserta didik : jenis lain dari kartun yang dipergunakan adalah kreasi kartun-kartun yang dibuat peserta didik sendiri. Para peserta didik membuat kartun untuk menumbuhkan minat dalam kampanye kebersihan, keselamatan mengemudi dan lain-lain.
b.      Pemanfaatan Media Kartun Edukatif dalam Pembelajaran
Mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan kompetensi pengajar dalam mengajar dan meningkatkan mutu belajar peserta didik. TIK yang sifatnya inovatif dapat meningkatkan apa yang sedang dilakukan sekarang dan masa mendatang. Oleh karena itu, pengajar hendaknya memanfaatkan seluruh kemampuan dan potensi teknologi untuk meningkatkan pembelajaran, terutama melakukan pembaharuan dalam upaya mengembangkan proses belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan media kartun edukatif akan berjalan dengan efektif jika peran pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator pembelajaran atau yang memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar bukan lagi sebagai pemberi informasi. Pengajar bukan satu-satunya sumber informasi yang disampaikan dengan ceramah menyampaikan fakta, data atau informasi apa saja. Pengajar tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat belajar dari peserta didik, menjadi mitra belajar (partner), sehingga memungkinkan peserta didik tidak segan untuk berpendapat, bertanya, bertukar pikiran dengan pengajar.
Pengajar dapat menyampaikan informasi atau materi pembelajaran kepada peserta didik dengan media kartun edukatif melalui presentasi atas materi tersebut. Menurut Warjana dan Abdul Razaq, presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin[3] dalam hal ini adalah peserta didik. Pengajar memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya dan menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara belajar sesuai karakteristik, kebutuhan, bakat atau minatnya.[4]
Peran peserta didik dalam pembelajaran bukan objek yang pasif yang hanya menerima informasi dari pengajar, namun lebih aktif, kreatif dan partisipan dalam proses pembelajaran. Peserta didik harus mampu menghasilkan atau menemukan berbagai informasi ilmu pengetahuan. Pembelajaran dilaksanakan secara kooperatif berkelompok. Pada intinya proses pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered learning).



[1] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Cetakan Kesatu, (Bandung : Alfabeta, 2008), hal. 138.
[2]Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Cetakan Ketiga, (Bandung : Alfabeta, 2010), hal. 188.
[3] Warjana& Abdul Razaq, Teknik Presentasi Power Point dengan Laptop, (Surabaya : Indah, 2007), hal. 8.
[4] Munir, Op. Cit., hal. 176.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar Anda