Pembelajaran Sains dapat mengembangkan sikap ilmiah (scinetific attitude) seperti sikap ingin tahu (curiosity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidence), sikap luwes dan terbuka terhadap gagasan ilmiah (flexibelity), kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar (sensitifity to living things and environment). Kurikulum mata pelajaran Sains juga menggariskan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk membina sikap positif siswa.
Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misalnya hafalan, keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan sebagainya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada pengaturan belajar siswa oleh tenaga pengajar. Dalam hal ini pun, terdapat berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan dan beraneka macam media pembelajaran. Peneliti harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai tersebut. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar siswa yang harus diciptakan oleh guru, sangat bervariasi. Dilihat dari sisi tersebut, tampak betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran. Prestasi siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru. Guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi.[1]
Model pembelajaran Sains dengan pemanfaatan presentasi Power Point, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar yang lebih empirik. Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan antarsiswa, antarsekolah, dan antarmasyarakat, sehingga proses pembelajaran terpusat pada siswa (student centered). Oleh karena itu, dengan mengimplementasikan pokok bahasan gaya melalui penggunaan presentasi Power Point, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Sains di kelas.
Skema kerangka pemikiran dalam penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Skema kerangka pemikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar Anda